Foto dan upload makanannya lebih dulu sebelum berdoa. Begitu orang biasanya menyindir perilaku masyarakat yang gila gadget dan kecanduan media sosial.
Tak jarang pengguna juga asyik dengan gadgetnya sendiri-sendiri walau mereka duduk di meja restoran atau kafe yang sama. Entah itu posting foto makanan di Instagram, check-in di Foursqare, update status di Facebook sedang makan di mana dan dengan siapa, dan sebagainya.
Prihatin dengan perilaku yang seperti itu, sebuah restoran di Israel memberikan diskon hingga 50 persen bagi pengunjung yang rela mematikan perangkat genggamnya.
Sang pemilik restoran, Jawdat Ibrahim, memberikan insentif karena sudah kesal dengan pengunjung yang alih-alih mengakrabkan diri sembari makan di restorannya, justru menatap layar smartphone masing-masing.
Restoran Jawdat yang bernama Abu Gosh ini terletak di perkampungan Arab di pinggiran Yerusalem. Tak jarang pasangan yang makan di restorannya meminta makanan mereka dihangatkan kembali karena mereka terlalu lama sibuk dengan gadgetnya.
"Teknologi memang berguna, namun saat makan, apalagi saat bersama keluarga dan teman, seharusnya Anda bisa menahan diri setengah jam hanya untuk menikmati makanan dan suasana akrab," ujar Ibrahim seperti dikutip dari Associated Press, (20/11/2013).
Ibrahim bukan satu-satunya yang melakukan hal itu. Tahun lalu sebuah restoran di Los Angeles (LA), Eva, menawarkan potongan harga 5 persen jika pelanggan meninggalkan smartphone-nya di luar. Restoran lain di Los Angeles, AS, bernama Bucato, juga melarang penggunaan telepon seluler.
Jika ditelaah lebih dalam lagi, diskon 50 persen yang diberikan restoran milik Ibrahim tersebut juga berarti kita memberikan 50 persen sisanya untuk teknologi. Demikian kritikus teknologi Chris Matyszczyk menulis.
"Sangat disayangkan jika kita harus dibujuk dan dirayu terlebih dahulu, padahal kita semua tahu apa yang harus kita lakukan sebagai manusia," ujar Matyszczyk.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR