Dilansir dari Live Science, praktik kanibalisme ini berlangsung pada tahap awal kehidupan seekor kodok, yakni saat masih menjadi kecebong. Mereka memangsa kecebong lainnya yang baru menetas (hatchling).
Kini diketahui bahwa kecebong muda itu telah berevolusi. Mereka tumbuh lebih cepat sehingga mengurangi peluang untuk dimangsa oleh kecebong tua.
“Ketika ada kanibal yang mengincar dirimu, semakin sedikit waktu yang diperlukan sebagai telur atau kecebong muda lebih baik,” ujar Jayna DeVore selaku ketua penelitian kepada Live Science.
Dalam penelitian ini, para ahli membandingkan kecebong kodok tebu Australia dengan kecebong kodok tebu asli dari Amerika Selatan. Mereka mendapati kecebong dari Australia berkembang lebih cepat.
Baca Juga: Mirip Cokelat Harry Potter, Temuan Katak Spesies Baru di Papua Nugini
“Mereka melewati masa-masa rawan (dimangsa) sebagai kecebong dalam kurun waktu empat hari. Sementara, kecebong asli membutuhkan waktu lima hari,” kata DeVore.
Tidak hanya itu, kecebong dari Australia juga memiliki kemampuan untuk mengetahui keberadaan kanibal (kecebong tua) di sekitarnya. Namun, ada harga yang harus dibayar dari evolusi ini, mereka yang tumbuh lebih cepat akan memakan waktu yang lebih lama sebelum akhirnya menjadi kodok muda.
Sebelum membahas tentang praktik kanibalisme pada kecebong, diketahui bahwa kodok betina dapat bertelur lebih dari 10.000 butir sekaligus di kolam kecil. Saat telur-telur tersebut menetas, bayi-bayi kodok ini belum bisa berenang ataupun makan. Jadi mereka hanya diam di dasar kolam hingga berubah menjadi kecebong.
Pada periode inilah kecebong yang lapar memangsa kecebong muda yang baru lahir. Dengan memangsa yang lebih muda, kecebong mendapatkan nutrisi dan mengurangi persaingan akan sumber makanan di kemudian hari.
Source | : | Live Science,Proceedings of The National Academy of Sciences |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR