“Ketika saya pertama kali melihat fenomena ini di alam liar, saya terpukau dengan betapa rakusnya kecebong tua kodok tebu mencari dan memangsa kecebong muda,” tutur DeVore.
Guna mencari tahu apakah praktik kanibalisme lazim dilakukan oleh spesies ini atau hanya bentuk adaptasi terhadap persaingan antar individu yang ekstrem. DeVore dan rekan-rekannya membandingkan kecebong kodok tebu Australia dengan kecebong kodok tebu asli dari Amerika Selatan.
Dalam satu percobaan yang dilakukan lebih dari 500 kali dengan individu berbeda para peneliti menempatkan satu kecebong dengan 10 kecebong muda. Ternyata, terlihat perbedaannya antara kecebong kodok tebu Australia dan yang tidak.
Baca Juga: India Alami Panas Ekstrem, Warga Lakukan Ritual Mengawinkan Kodok untuk Meminta Hujan
"Kami menemukan bahwa kecebong yang baru lahir 2,6 kali lebih mungkin dimakan oleh kecebong yang berasal dari Australia daripada jika dari habitat aslinya," katanya.
Tidak hanya itu, kecebong invasif ini juga lebih tertarik pada kecebong yang baru lahir. Studi mengenai hal ini telah dipublikasikan pada laman Proceeding of The National Academy of Sciences pada 31 Agustus 2021.
Lantas, apakah praktik kanibalisme yang dilakukan kecebong kodok tebu ini bisa mengancam akan kepunahan? DeVore berharap spesies ini tidak punah dalam waktu dekat. Setelah mendapatkan nutrisi dan berkurangnya pesaing, kecebong kanibal ini berubah menjadi lebih besar. Bahkan ada kemungkinan, kodok tebu yang ‘sukses’ akan lebih cepat menyerbu tempat-tempat baru di Australia.
Baca Juga: Spesies Baru Katak Bertaring yang Aneh Ditemukan di Filipina
Source | : | Live Science,Proceedings of The National Academy of Sciences |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR