Di berbagai blog mikro Tiongkok, termasuk Weibo—yang sepadan dengan Twitter dan Facebook— kerap kali muncul lelucon yang berbunyi "Shangdi chuangzao le tian di, qita yiqie ze you Zhongguo zhizao." Terjemahannya: "Tuhan menciptakan langit dan bumi, lainnya adalah buatan Tiongkok" (Made in China).
Ketika Yutu (dalam bahasa Mandarin, berarti si Kelinci Giok) mulai menjelajah permukaan bulan dalam misi Chang'e-3, perjalanan yang dilakukan Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet lama 40 tahun lalu, mungkin ini yang dimaksud dengan Mimpi Tiongkok.
Si Kelinci Giok akan beroperasi selama tiga bulan. Seberat 120 kilogram — buatan Uni Soviet lama yaitu Lunokhod-2 beratnya 840 kilogram — ia bertugas menyelidiki tanah dan batu-batuan di Bulan.
Tanpa disangka, teknologi buatan Cina ini sama canggihnya dengan buatan AS dan Rusia, dalam misi penjelajahan ruang angkasa. Persepsi global atas keberhasilan si Kelinci Giok, legenda Tiongkok tentang Dewi Chang'e dan binatang piaraannya yang tinggal di bulan, menggambarkan Cina adalah kekuatan baru, bersaing dengan AS dalam kemajuan teknologi saat ini.
Keberhasilan si Kelinci Giok menggelar "Mimpi Tiongkok" yang memiliki catatan panjang peradaban Tiongkok sebagai longue durée kebesaran RRT.
Program luar angkasa Tiongkok yang berbiaya tinggi menjadi bagian integral strategi pembangunan komprehensif yang menjadikan industri antariksa untuk diproyeksikan sebagai peluang bisnis baru.
Sejak tahun 2009, industri peluncuran satelit telah meluncurkan 35 kali produk luar angkasa dan 30 di antaranya adalah Brasil, Australia, Indonesia, dan bahkan AS. Cina selama ini dikenal sanggup menyediakan jasa operasional satelit, yang dimulai oleh Nigeria, Venezuela, dan disusul Pakistan, Laos, Bolivia.
Bagi Tiongkok, kapabilitas dan peluang permintaan bisnis ruang angkasa juga mendorong faktor lain yang sangat signifikan. Pertama, ada sisi pemanfaatan teknologi ruang angkasa untuk strategi militer jangka panjang dan menjadi jawaban atas 'pengepungan' AS dalam berbagai isu global yang ingin meredam kebangkitan Cina.
Kedua, selam ini orientasi ilmu pengetahuan dan teori teknologi ruang angkasa terpusat di AS. Sehingga kehadiran Tiongkok sebagai kekuatan yang baru akan mengubah paradigma tentang kehadiran, pengembangan, dan penggunaan persenjataan di luar angkasa.
Militerisasi ruang angkasa disebut akan mewujud nyata dengan keberhasilan si Kelinci Giok.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR