Nationalgeographic.co.id—Peninggalan dari Zaman Perunggu ditemukan oleh para arkeolog di Gannat, Allier, Perancis. Dari lokasi penggalian sekitar 80 mil barat laut Lyon, didapati beragam barang kuno, mulai dari senjata perunggu, pernak-pernik, serta pecahan tembikar dan suku cadang kereta kuda.
Seperti dilansir dari Express, para arkeolog di Universitas Toulouse-Jean Jaures menduga mereka menemukan situs ibu kota Celtic yang hilang. Dugaan ini berdasarkan banyaknya harta karun yang ditemukan dan besarnya lokasi situs.
Artefak ini diperkirakan berasal dari Zaman Perunggu Perancis, sekitar tahun 800 SM atau akhir dari budaya Urnfield. Penggalian kali ini mengungkap adanya pemukiman besar dan memiliki benteng dengan total luas 30 hektar. Benteng terdiri dari dua baris dinding batu setinggi 20 kaki.
Pierre-Yves Milcent, seorang dosen di Universitas Toulouse-Jean Jaures menuturkan situs serupa di seluruh Perancis biasanya yang berukuran sekitar empat hektar saja. “Situs ini mungkin adalah ibu kota dari wiyalah yang luas,” ujarnya kepada Express.
Artefak yang ditemukan di situs ini juga dalam kondisi yang utuh. Misalnya, dua vas yang ditemukan tahun lalu berisi berbagai item. Menurut laporan France TV Info, salah satu vas berisi perhiasan wanita dan anak-anak serta pernak-pernik. Sedangkan vas lainnya menyimpan senjata dan peralatan, termasuk di dalamnya pisau, arit dan ujung tombak.
Tampaknya, barang-barang tersebut dengan sengaja dikubur di tanah, serupa dengan praktik di Yunani Kuno. Menurut para arkeolog, artefak itu kemungkinan dikubur sebagai persembahan kepada para dewa dalam praktik ritual.
Baca Juga: Perang Dunia Pertama Memicu Berkembangnya Musik Jazz Pertama di Eropa
Penggalian di situs ini juga memberikan kelegaan tersendiri. Dilansir dari Daily Mail, pada tahun 2017 orang-orang yang tidak bertanggung jawab menjarah beberapa peninggalan dari situs tersebut. Diketahui, selama masa Gannat Hill Fort, wilayah Allier memiliki nilai ekonomi yang signifikan, sebab Sungai Sioule dapat dilayari dan terdapat cadangan timah lokal sebagai bahan untuk membuat perunggu.
“Kami mengintervensi situs ini karena ada penjarahan oleh orang-orang yang dilengkapi dengan detektor logam. (Mereka) kemudian menjual kembali hasil curiannya di internet,” tutur Pierre-Yves Milcent kepada Daily Mail.
Penggalian memang belum selesai dilakukan, tetapi sejauh ini sudah ada sekitar 800 barang yang ditemukan dan sebagian besar dalam keadaan utuh.
Lebih lanjut mengenai dugaan barang yang dikubur sebagai bagian dari ritual, Dr Milcent menuturkan kalau dekorasi dan simbol pada benda dari perunggu ini mengacu pada kultus matahari. Kala itu, matahari merupakan dewa yang sangat penting.
“Pilihan objek dan susunan berulang (dalam vas) dari satu tumpukan ke yang lain, seperti gelang, cincin leher dan liontin dtempatkan di bagian bawah vas, sedangkan bilah kapak dibagian atas. Pengulangan ini mengandung arti aturan yang tepat, tidak diragukan lagi terkait dengan ritual,” jelas Pierre-Yves Milcent.
Di bagian tengah setiap deposit ada lapisan benda-benda tajam. Elemen menarik lain dari tumpukan ini adanya kerikil sungai yang tampak dipilih berdasarkan warna. Ada kerikil putih di satu tumpukan, sementara di tumpukan lain kerikil merah.
Baca Juga: Menengok Patung Bison Berusia 15.000 Tahun yang Terawat di Gua Prancis
Penemuan artefak-artefak ini juga membantu para peneliti untuk menggambarkan seperti apa kehidupan masyarakat Celtic sekitar 2.800 tahun yang lalu. Dari penggalian didapati barang-barang yang terkait dengan pertanina, peralatan untuk pembuatan tekstil maupun keramik dan lain-lain.
Ada pula tanda-tanda kekayaan misalnya perhiasan mewah dan tali kekang yang akan dipakai oleh kuda. Tim juga mendapati bukti perdagangan jarak jauh berupa dua bilah kapak yang diidentifikasai dibuat di barat daya Inggris, manik-manik kaca dari Italia dan manik-manik amber dari Baltik.
“Semua elemen ini adalah bukti keberadaan masyarakat hierarkis yang kompleks —sebanding dengan masyarakat Celtic di Zaman Besi,” tutur Pierre-Yves Milcent.
Baca Juga: Para Pembuat Roti Prancis Inginkan Baguette Masuk Ke Daftar UNESCO
Source | : | Express Co UK,Daily Mail |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR