Nefertari adalah pasangan favorit Raja Ramses II. Makamnya terletak di Lembah Ratu Luxor dan ditemukan pada tahun 1904.
Untuk melindungi makam setelah restorasi, pihak berwenang membatasi jumlah pengunjung serta memasang monitor untuk melacak tingkat suhu dan kelembapan makam tersebut.
Ahli Mesir Kuno Monica Hanna percaya bahwa pemerintah Mesir harus berbuat lebih banyak untuk melestarikan barang-barang antik mereka dari kerusakan.
“Barang-barang antik kita –sebagian besar terbuat dari batu– telah mengalami suhu tinggi selama ribuan tahun. Ya, suhu meningkat, tetapi negara dapat mengambil tindakan seperti pemulihan dari waktu ke waktu," ucap Hanna.
Dia juga menambahkan bahwa "efek polusi pada barang-barang antik lebih berbahaya" karena memiliki efek pada material kimia dalam barang-barang antik tersebut. "Jadi harus ada kebijakan lingkungan untuk menyelesaikan masalah ini," ujar Hanna lagi.
Baca Juga: Mumi-Mumi Tertua di Dunia Ini Masuk Daftar Warisan Dunia UNESCO
Hanna menegaskan, "Negara harus mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan tingkat polusi di sekitar situs-situs arkeologi --apakah itu di air, udara, atau tanah itu sendiri."
Tak hanya polusi, kenaikan air laut akibat pemanasan global juga turut mengancam kelestarian situs-situs arkeologi di Mesir. "Pemanasan global yang menyebabkan naiknya permukaan laut memiliki efek berbahaya pada situs-situs warisan dan kota-kota yang menghadap ke Mediterania," ujar Hussein Abdel Bassir, ahli Mesir kuno sekaligu Direktur Museum of Antiquities of the Bibliotheca Alexandrina.
Abdel Bassir mencontohkan bahwa hal semacam itu benar-benar terjadi pada Benteng Qaitbay yang berasal dari abad ke-15. "Naiknya permukaan laut membuat air menyapu bagian bawah dari bagian utara benteng tersebut, sementara gelombang air menghantam bagian utara atasnya. Pergerakan laut telah menyerat pasir dari benteng tersebut sehingga mengancam stabilitas strukturnya."
Baca Juga: Peran Mahasiswa Al-Azhar dan Semangat Pengukuhan Kedaulatan Indonesia
Source | : | Al-Monitor |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR