“Dalam waktu 3-5 menit hasilnya sudah bisa dilihat. Dinyatakan positif jika terbentuk dua garis berwarna merah muda dan negatif jika hanya terbentuk satu garis warna merah muda,” lanjut wanita kelahiran Yogyakarta ini.
Apabila telah dilakukan tes pada pasien dengan gejala NPC tapi menunjukkan hasil negatif, dikatakan Dewi tindakan pengobatan akan dilakukan berkelanjutan dengan melakukan tes kembali 6 bulan kemudian. Dengan cara tersebut diharapkan dapat menekan angka kejadian NPC dan penderita dapat tertangani dengan baik.
NPC memiliki gejala yang tidak khas seperti pilek kronis, sakit kepala berkepanjangan, telinga berdenging. Pada stadium lanjut akan muncul benjolan di leher bagian samping atau mata menjadi juling.
“Benjolan kanker nasofaring berada di belakang hidung dan di dalam tenggorokan sehingga tidak tampak dari luar pada penderita stadium awal saat dilakukan pemeriksaan fisik. Dengan gejala yang tidak spesifik itu, sekitar 80 persen pasien diketahui positif NPC setelah kanker menyerang secara luas,” kata Dewi yang aktif mengkaji antara lain biologi molekular dan imunologi ini.
Penyebab NPC tidak hanya dari faktor genetik, melainkan juga bisa timbul karena faktor lingkungan yang memicu munculnya NPC seperti tingginya paparan bahan-bahan bersifat karsinogenik, polusi, atau asap rokok. Tidak luput adanya infeksi di daerah nasofaring oleh virus EBV.
“Virus EBV ini menginfeksi hampir 100 persen populasi penduduk dunia. Namun pada sebagian besar orang yang terinfeksi tidak menimbulkan gejala yang berarti,” ujarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR