Cuaca yang menguntungkan memungkinkan mereka untuk akhirnya mencapai tujuan itu musim panas 2017 lalu. Berdasarkan hasil penyelidikan bawah laut yang dilakukan di situs tersebut, para peneliti menegaskan Neapolis sebagian tenggelam oleh tsunami pada 21 Juli 365 Masehi.
Tsunami pada tahun itu memang tercatat pernah juga merusak Alexandria di Mesir dan Pulau Kreta Yunani. Temuan kota kuno Neapolis ini sekaligus menegaskan sebuah catatan yang dicatat oleh Ammien Marcellin, tentara sekaligus sejarawan Romawi, atas bencana alam tersebut.
Di kota yang terendam tersebut, para peneliti menemukan monumen, jalan, dan sekitar 100 tangki yang digunakan dalam produksi bumbu ikan fermentasi yang dikenal sebagai garum. Mereka menyimpulkan bahwa Neapolis kemungkinan dulunya memegang monopoli atas makanan fermentasi Romawi tersebut.
Baca Juga: Temuan Gagang Kunci di Inggris Gambarkan Kekejaman Kekaisaran Romawi
"Penemuan ini memungkinkan kami untuk menetapkan dengan pasti bahwa Neapolis adalah pusat utama pembuatan garum dan ikan asin, mungkin pusat terbesar di dunia Romawi. Mungkin para bangsawan Neapolis berhutang kekayaan pada garum tersebut," ujar Mounir Fantar, kepala misi arkeologi Tunisia-Italia yang menyelidiki reruntuhan kota kuno tersebut, sebagaimana dilansir Ancient Origins.
"Saat Romawi berkembang dan menjadi lebih makmur, makanan menjadi lebih beragam. Orang-orang Romawi mengenal makanan dan metode-metode memasak dari provinsi-provinsi," papar Vistor Labate, pemerhati sejarah Romawi.
"Cena (makanan utama dalam budaya Romawi kuno), yang awalnya hanya terdiri dari satu hidangan, berkembang menjadi dua hidangan selama masa Republik: hidangan utama dan hidangan penutup yang disajikan dengan buah atau makanan laut. Pada akhir Republik, makanan itu berkembang menjadi tiga hidangan: hidangan pembuka (gustio), hidangan utama (primae mensae) dan hidangan penutup (secundae mensae)."
Baca Juga: Makanan Penutup Tertua Berusia 10.000 Tahun Ditemukan di Gua Bursa
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | ancient origins,Phys.org |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR