Senin (24/3), Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menyatakan bahwa penerbangan Malaysia Airlines MH370 berakhir di Samudra Hindia dan seluruh penumpangnya tewas.
Sekilas, pernyataan ini mungkin terlalu dini. Sebabnya, hingga saat ini, belum ada puing yang dikonfirmasi merupakan milik MH370. Apa dasarnya sehingga PM Malaysia menyatakan bahwa semua penumpang tewas? Bagaimana teknologi berkontribusi pada keluarnya pernyataan itu?
Dasar utama adalah hasil analisis ulang dari data satelit Inmarsat. Hasil analisis menyatakan bahwa pesawat berakhir di Samudra Hindia sebelah barat Perth, sebuah wilayah yang jauh dari landasan mana pun.
"Ini adalah lokasi yang sangat terpencil, jauh dari lokasi pendaratan. Karena itu dengan kesedihan yang dalam dan kekecewaan, saya harus menginformasikan bahwa berdasarkan data ini, penerbangan MH370 berakhir di wilayah Samudra Hindia selatan," kata Najib.
Karena jauh dari landasan mana pun, kemungkinan pesawat berhasil mendarat dan penumpang selamat setelah ratusan kilometer melenceng dari jalur penerbangan seharusnya sangat kecil. Disimpulkan kemudian, pesawat jatuh ke lautan dan semua tewas.
Dasar lainnya adalah citra satelit yang diambil oleh beberapa negara milik Cina, Australia, dan Perancis. Citra tersebut menunjukkan obyek yang diduga merupakan puing dari pesawat MH370. Citra Satelit Cina dirilis pada Jumat (22/3), sementara citra satelit Perancis dirilis pada Minggu (23/3).
Memperkuat data satelit, pesawat P-3 Orion milik Angkatan Udara Australia (RAAF) hari ini menjumpai dua obyek yang diduga juga milik MH370. Ada dua obyek, pertama berwarna hijau dan berbentuk serupa lingkaran, kedua berwarna oranye dan berbentuk kotak.
Sementara itu, dikutip Foxnews, Senin, pesawat milik Cina IL-76 yang digunakan untuk melakukan pemantauan dengan pengamatan langsung juga menemukan dua obyek besar dan beberapa obyek kecil di tengah luasnya lautan.
Upaya untuk mengungkap apakah obyek yang dicitrakan oleh setiap satelit puing dari Malaysia Airlines MH370 memang masih akan dilakukan. Kapal Australia HMAS Success dan Snow Dragon milik Cina akan membantu mengungkapnya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR