Pada awal tahun 1980-an, sebuah bakteri tak berbahaya mendapatkan amunisi yang ia butuhkan untuk menyebabkan penyakit perusak daging, yang disebut necrotizing fasciitis.
Bakteri itu, Streptococcus group A, merupakan bakteri yang paling umum. Ia menyebabkan radang tenggorokan sampai demam rematik. Namun, beberapa bakteri M1 Streptococcus A menjadi lebih mengerikan. Ia memproduksi racun yang merusak otot dan kulit.
Bakteri ini kemudian menyerang penderita dengan cepat, bahkan bisa mematikan jika bagian tubuh yang terinfeksi tidak diamputasi.
James Musser, peneliti dari Methodist Hospital Research Institute, Texas dan rekan-rekannya mengurutkan 3.615 varian M1 Streptococcus A dari Amerika Serikat, Kanada dan Eropa utara untuk merekonstruksi sejarah genetiknya. Hasilnya, terungkap ada empat kejadian yang telah mengubah bakteri yang tak berbahaya ini menjadi sebuah pathogen yang menyebar ke seluruh dunia.
Pada dua kejadian pertama, bakteri itu mendapatkan dua gen dari sebuah virus dan memungkinkan mereka membuat dua zat racun. Berikutnya, salah satu gen tersebut bermutasi dan menghasilkan racun yang lebih berbahaya. Namun, kejadian yang paling menentukan adalah saat bakteri tersebut mendapatkan DNA lain dan selanjutnya membuat dua racun yang berbeda.
“Upgrade” terakhir ini sendiri terjadi di sekitar tahun 1982, dalam sebuah sel. “Setelah upgrade terjadi, ia menyebar dengan pesat,” sebut Musser. “Frekuensi kemunculan penyakit dan tingkat keparahannya semakin meningkat,” ucapnya.
Studi yang dilakukan Musser dan timnya ini menunjukkan bahwa genetik bisa menentukan kapan sebuah calon pembunuh berubah menjadi pembunuh, dan juga membantu memprediksi epidemik.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR