Para ilmuwan menguji model mereka pada telur emu dan burung unta modern sebelum menerapkannya pada fosil-fosil fragmen kulit telur yang ditemukan di New Guinea. Tim menemukan bahwa sebagian besar kulit telur yang ditemukan di lokasi tersebut ternyata hampir matang alias siap menetas.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa sebagian besar kulit telur dipanen pada tahap akhir," kata Douglass.
Cangkang-cangkang telur tahap akhir ini menunjukkan orang-orang yang tinggal di dua tempat penampungan batu ini mengambil telur-telur itu ketika embrio kasuari telah sepenuhnya membentuk anggota badan, paruh, cakar dan bulu, kata studi tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia para zaman itu mengambil telur kasuari bukan untuk langsung dimakan, tapi untuk ditetaskan dan kemudian anak kasuari itu dipiara hingga dewasa.
Baca Juga: Temuan Mengejutkan, Bebek di Australia Bisa Berbicara seperti Manusia
Dikutip dari laman Penn State University, para peneliti mempublikasikan laporan studi ini di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada akhir September 2021. Menurut para peneliti, "data yang disajikan di sini mungkin mewakili indikasi paling awal dari manajemen manusia dalam pembiakan takson burung di mana pun di dunia, sebelum domestikasi awal ayam dan angsa beberapa abad kemudian."
Kasuari bukanlah ayam. Pada kenyataannya, unggas ini lebih mirip dengan velociraptor, sejenis dinosaurus, daripada kebanyakan burung peliharaan. "Namun, anak burung kasuari mudah dekat ke manusia dan mudah dipelihara dan dibesarkan hingga ukuran dewasa," tulis para peneliti dalam laporan tersebut.
Kedekatan itu terjadi ketika seekor burung yang baru menetas memutuskan bahwa hal pertama yang dilihatnya adalah induknya. Jika pandangan pertama anak kasuari yang baru menetas itu adalah manusia, burung itu akan mengikuti manusia ke mana saja.
Source | : | CNN,Penn State University |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR