Puasa memang berdampak baik untuk kesehatan. Meski begitu, untuk orang yang menyandang diabetes (diabetesi) ada rambu-rambu yang wajib dipatuhi agar ibadah puasa berjalan mulus. Bagaimana agar bisa berpuasa aman bagi diabetesi? Sebaiknya diabetesi jangan ragu membatalkan puasa ketika mengalami penurunan gula darah terlalu drastis.
Sudah banyak bukti bahwa berpuasa itu menyehatkan. Ketika menunaikan ibadah puasa, terjadi efek fisiologi berupa turunnya kadar gula darah, kolesterol jahat (LDL) dan tekanan darah sistolik. Sementara kadar kolesterol baik (HDL) justru meningkat.
Di sisi lain puasa Ramadhan memiliki efek menenangkan pikiran. Ketenangan ini menghasilkan kedamaian di dalam hati dan menurunkan rasa marah serta sifat-sifat buruk lainnya. Umat Muslim yang berpuasa menyadari bahwa pahala yang didapat saat berpuasa akan hilang begitu saja dengan mengumbar kemarahan.
Efek ketenangan dan kedamaian ini menyebabkan menurunnya stres. Bagi diabetesi, stres dapat meningkatkan gula darah. Relaksasi dan ketenangan hati mampu mengatasi stres dan peningkatan kadar gula darah ini. Dengan demikian puasa Ramadhan punya manfaat menguntungkan dalam rangka mengontrol kadar gula darah.
Namun demikian penurunan gula darah yang terlalu drastis (hipoglikemia) pada penderita diabetes adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Banyak kekhawatiran bahwa diabetesi yang berpuasa akan mengalami serangan hipoglikemia, dehidrasi dan koma. “Hipoglikemia harus dihindari diabetesi,” kata Asep Saepul Rohmat, ahli penyakit dalam dari RS Pusat Pertamina, Jakarta.
Menurutnya, hipoglikemia adalah keadaan klinis gangguan saraf akibat penurunan kadar gula darah. Gejalanya berupa lapar, lemas, lesu, keringat dingin, hipotensi, mata berkunang-kunang, koma dengan atau tanpa kejang.Oleh karenanya para diabetesi harus berhati-hati sebelum memutuskan untuk berpuasa. Ia menyarankan untuk membatalkan puasa bila mengalami gejala-gejala tersebut di atas.
Waktu minum obat
Pada dasarnya mereka yang hidup bersama diabetes boleh berpuasa seperti biasa asalkan memperhatikan makanan yang diasup seperti biasa ketika berbuka atau sahur. Di samping itu mereka juga tetap dianjurkan berolah raga. “Waktu yang terbaik untuk berolah raga adalah di sore hari sebelum berbuka puasa,” ungkap Dr. Asep. Pasalnya, bila berolah raga di pagi hari, dikhawatirkan mereka akan kena hipoglikemia. Karena olah raga di pagi hari mengambil cadangan energi yang diperlukan untuk beraktivitas seharian sebelum berbuka puasa.
Sedangkan diabetesi yang mengontrol diabetes dengan satu macam obat bisa tetap menunaikan ibadah puasa namun mereka harus memperhatikan waktu minum obat. Waktu yang dianjurkan minum obat adalah di sore hari untuk mengantisipasi makanan yang diasup ketika berbuka puasa sehingga kadar gula mereka tetap terkontrol.
“Jadi mereka yang biasa minum obat di pagi hari sebaiknya minum obat di sore hari,” sarannya. Kemudian obat yang biasa dikonsumsi siang hari sebaiknya diminum sesudah tarawih. Lalu sehabis makan sahur jangan lupa untuk minum obat lagi.
Untuk diabetesi yang mengontrol kadar gulanya dengan kombinasi obat oral, Dr. Asep menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menunaikan ibadah puasa. “Beberapa dari kombinasi obat oral itu ada perlu dihentikan supaya tidak terjadi hipoglikemia,” katanya. Sementara diabetesi yang mengontrol kadar gulanya dengan suntik isulin dapat berpuasa dengan menyesuaikan jadwal menyuntiknya.
Puasa paling sulit dilakukan oleh diabetesi yang mengontrol penyakitnya dengan beberapa macam obat plus insulin. “Mereka ini tergolong orang yang terlampau sensitif. Kalau makan terlampau sedikit bisa jadi malapetaka karena ancaman hipoglikemia,” paparnya. Sementara itu bila diabetesi jenis ini menghentikan konsumsi obat, kadar gula darahnya langsung naik. Sedangkan bila tidak, kadar gula darahnya terlampau rendah.
Terakhir, ia menyarankan diabetesi untuk mendahulukan buka puasa. “Segera berbuka puasa setelah tiba waktunya. Sedangkan lakukan makan sahur menjelang waktu imsak agar cadangan energi yang tersedia cukup untuk beraktivitas seharian,” ujarnya. Tentu diabetesi tidak boleh melupakan diet yang telah ditentukan untuknya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR