Robin Williams meninggal dunia pada Senin (11/8). Diduga, aktor dalam film Patch Adams dan Dead Poets Society itu bunuh diri.
Bunuh diri yang diduga dilakukan oleh Robin Williams memancing berbagai reaksi di media maupun media sosial.
Todd Bridges, juga aktor Amerika, mengeluarkan komentar yang memicu kontroversi. Ia mengatakan, tindakan bunuh diri Williams adalah "tindakan yang sangat egois".
Dikutip TMZ, Selasa (12/8), Bridges mengatakan, ketika kesulitan datang, seharusnya manusia bekerja keras memohon bantuan Tuhan, bukan memilih jalan pintas.
Bridges mengungkapkan, "Beristirahatlah dalam tenang Robin Williams, kuharap kau menemukan apa yang kau cari."
Apakah tindakan bunuh diri bisa dikatakan sebagai tindakan yang egois seperti yang dikatakan Bridges?
Dean Burnett, pakar neurologi dari Cardiff University, mengatakan bahwa kondisi kesehatan mental William harus diperhitungkan sebelum menghakimi tindakannya.
William merupakan seorang penderita bipolar. Penderita bipolar bisa sangat senang dan sangat sedih. Kebahagiaan dan kesedihan bisa mencapai titik ekstrem.
William dilaporkan telah lama berjuang melawan depresi. Depresi yang dialami ini diduga memicu aksi bunuh diri.
Burnett mengungkapkan, bagi seseorang yang mengalami gangguan mental, depresi bukan perkara sepele. Tindakan bunuh diri tak bisa dikatakan sebagai keegoisan.
Burnett mengungkapkan, depresi sebenarnya adalah sebuah penyakit. Depresi bukan rasa sedih biasa.
Menurut Burnett, tidak tepat membandingkan pengalaman seseorang yang menderita depresi karena gangguan mental dengan orang mengalami kesedihan lalu bisa melaluinya.
"Jika Anda tak memiliki gangguan jiwa itu, maka Anda tak berhak mengabaikan mereka yang punya memilikinya," kata Burnett dalam tulisannya di The Guardian, hari ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR