Rakyat Skotlandia tengah menunggu hasil penghitungan dari pemungutan suara referendum yang menentukan status Skotlandia di mata dunia.
Bagi sebagian masyarakat Skotlandia, hari ini merupakan hari bersejarah yang sudah lama dinanti-nanti selama 307 tahun Skotlandia berada di Britania Raya.
“Lima puluh tahun saya berjuang untuk kemerdekaan Skotlandia,” tutur Isabelle Smith (83) yang mendukung kemerdekaan Skotlandia di distrik Newhaven.
Smith percaya bahwa kemenangan akan didapatkan oleh kubu “Yes” saat penghitungan telah selesai. Menurut Smith, banyak pertanyaan dari rakyat yang menyinggung soal Skotlandia apabila resmi berpisah dari Britania Raya, di antaranya kebijakan mata uang Skotlandia yang tidak menggunakan poundsterling lagi, status Skotlandia dalam 28 negara Uni Eropa dan NATO, juga nasib dari kapal selam bertenaga nuklir milik Inggris yang berada di Skotlandia.
Namun, Smith tetap pada keyakinannya agar Skotlandia merdeka. Dia yakin bahwa Skotlandia kini telah memiliki keyakinan akan pilihan mereka untuk merdeka. “Saya tidak peduli, Skotlandia kini tidak akan sama lagi dengan yang dulu,” tambah Smith.
Warga Skotlandia lainnya, David Clarke, seorang konsultan penulis, menuturkan bahwa dia tertarik dengan referendum yang sedang diadakan. Clarke sendiri merupakan pendukung kubu “No”, tetapi dengan adanya pemilihan ini, dia bisa berbincang dan berdiskusi dengan orang lain tentang masa depan Skotlandia nantinya.
Sejak Kamis (18/9) malam waktu setempat, pemungutan suara telah ditutup. Penghitungan suara pun kini telah mulai dilakukan di pusat regional dari 32 wilayah regional di Skotlandia. Demi mengetahui hasil penghitungan, rakyat Skotlandia di kubu “Yes” dan “No” banyak yang begadang sepanjang malam di rumah dan di bar menunggu hasil diumumkan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR