Terlalu sering mengonsumsi antibiotik justru berdampak buruk.
Penelitian terbaru menemukan, pemakaian antibiotik yang terlalu sering, terutama pada anak usia di bawah usia 2 tahun, ditengarai menjadi salah satu penyebab kelebihan berat badan, bahkan obesitas.
Hasil penelitian ini diungkap seorang pakar bakteri dari India, Satya Swarama.
Dikatakan bahwa penggunaan antibiotik yang terlalu sering memiliki efek negatif terhadap keseimbangan bakteri baik di dalam usus. Mengapa?
Hal ini bisa membuat sistem metabolisme terganggu, penyerapan makanan tidak sempurna, dan diyakini dapat membuat anak mengalami kegemukan.
Menurut dr. Ahmad Fuady, antibiotik memang dicurigai sebagai salah satu faktor yang menyebabkan obesitas pada anak-anak. Terutama jika antibiotik diberikan sebelum usia anak mencapai 2 tahun, dengan pemberian antibiotik sekitar 3-5 episode, yakni dalam 2 tahun anak diberikan antibiotik sebanyak 3-5 kali.
Misalnya, Januari sakit, anak diberi antibiotik untuk konsumsi seminggu. Lalu Mei sakit lagi dan diberi antibiotik selama seminggu. Agustus pun sakit lagi, kemungkinan akan diberi obat dari jenis yang sama. Nah, pemberian tiga episode ini yang dapat memicu kelebihan berat badan pada anak.
Jenis antibiotik yang dianggap berisiko menimbulkan obesitas adalah antibiotik spektrum luas, yakni antibiotik yang digunakan untuk mengatasi berbagai jenis bakteri, seperti antibiotik jenis tetrasiklin yang efektif terhadap bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Artinya, ini bukan jenis antibiotik spektrum sempit yang khusus ditujukan untuk jenis bakteri tertentu.
Pemberian antibiotik spektrum luas akan membuat seluruh bakteri yang ada dalam tubuh mati, termasuk bakteri baik yang ada di dalam usus.
Namun, kita juga perlu memahami bahwa tak hanya antibiotik yang dapat memicu kegemukan. Penyebab kegemukan itu multifaktor: faktor genetik dari orangtua, konsumsi makanan karbohidrat dan lemak tinggi, kurang bergerak atau berolahraga.
Yang terpenting adalah kita bijak menggunakan antibiotik. Dokter seharusnya tidak begitu mudah meresepkan antibiotik dan orangtua tidak menuntut untuk diresepkan antibiotik jika tak dibutuhkan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR