Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengedarkan surat penundaan pelaksanaan Kurikulum 2013 ke seluruh sekolah di Indonesia sejak Jumat (5/12) lalu.
Tak hanya menunda, sekolah-sekolah juga diharapkan kembali menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 terhitung mulai semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.
Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) menilai apa yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang sekarang, harus mempersiapkan lebih matang. “Kalau memang begitu harus disiapkan lebih matang, seperti infrastuktur, kesiapan guru, dan juga buku. Karena jika dipaksakan dan tidak siap, akan menjadi mubazir,” ujar MS Sembiring saat ditemui di Hotel Intercontinental Jakarta.
Sembiring menambahkan bukan berarti programnya tidak bagus tapi perlu dipersiapkan lebih mendalam, agar nantinya tidak akan membingungkan. Saat ditanya lebih baik KTSP 2006 atau Kurikulum 2013 terkait muatan lingkungan, ia mengungkapkan tidak menguasai karena tidak melihat lebih detail.
Menurut seorang guru Bahasa Inggris di SMA Mandalahayu Bekasi menilai setuju dengan pemberhentian kurikulum 2013 karena kurikulum 2013 merupakan sistem yang dipaksakan dengan kurung waktu yang singkat.
“Sosialisasinya sangat singkat, sebab tidak mudah merubah dari KTSP 2006 menjadi Kurikulum 2013. Lagipula tidak semua sekolah bisa menerapkan kurikulum 2013,” ujar Zamratul Khairah saat ditemui di SMA Mandalahayu, Rabu (10/12).
Khairah menjelaskan bahwa sekolah SMA Mandalahayu akan tetap menggunakan Kurikulum 2013 sampai dua angkatan terakhir lulus, karena sekolah tersebut sudah menjadi sekolah percontohan.
“Kemarin distribusinya terganggu, lumayan lama sekitar dua bulan lebih baru sampai ke sekolah. Ketika sampai di sekolah, bukunya juga tidak sesuai dengan jumlah yang diminta. Bahkan satu buku digunakan dengan dua siswa,” lanjutnya.
Tidak jauh berbeda dengan sekolah SMP Negeri 4 Tambun Selatan, Bekasi menilai Kurikulum 2013 terlalu dipaksakan untuk hadir tanpa melalui proses pengkajian yang panjang. “Kurikulum 2013 terlalu dipaksa, memang ada sosialisasi dari awal tapi guru hanya diminta tanggapan saja,” ujar Suardi Sadjuri, Guru Matematika di SMPN 4 Tambun Selatan.
Suardi menilai bahwa Kurikulum 2013 dari materi terlalu berat karena menggunakan metode-metode yang cukup rumit untuk siswa. “Bagi saya, KTSP 2006 lebih baik, karena terbitnya Kurikulum 2013 tidak dikaji dengan baik. Padahal KTSP 2006 belum ada cacatnya. Pemerintah juga tidak memberi gambaran apa kelemahan KTSP 2006 dan kenapa harus diubah,” tambahnya.
Sementara distribusi buku Kurikulum 2013 kemari di SMPN 4 Tambun Selatan sangat terlambat hampir tiga bulan dan menjelang Ujian Tengah Semester.
Dua Pendaki Wanita Meninggal dalam Tragedi Puncak Cartenz Papua, Ini Profil dan Kronologinya
Penulis | : | |
Editor | : | Puri |
KOMENTAR