Nationalgeographic.co.id—Nama Ratih Pangestuti dan R. Tedjo Sasmono, dua peneliti Indonesia, masuk dalam daftar 2% saintis teratas dunia tahun 2021(Top 2% World Ranking Scientists 2021). Daftar peringkat para ilmuwan di dunia itu dirilis pada 20 Oktober 2021.
Pemeringkatan itu dilakukan oleh para peneliti dari Stanford University, Prof John Ioannidis bersama Jeroen Baas dan Kevin Boyack. Daftar peringkat ini menyebutkan 2% ilmuwan yang nama-namanya paling banyak dikutip dalam jurnal-jurnal ilmiah di dunia.
Secara rinci, daftar ini menampilkan 159.648 ilmuwan yang karyanya paling sering dikutip oleh para peneliti lain di seluruh dunia, sehingga menjadikan mereka sebagai para peneliti ilmiah paling berpengaruh di dunia. Daftar ini didasarkan pada peringkat jurnal dan indeks kutipan terkait.
Ratih Pangestuti yang masuk dalam daftar ini adalah peneliti dari Balai Bio Industri Laut (BBIL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Peraih gelar doktor di bidang marine biochemistry dari Pukyong National University Korea Selatan pada tahun 2012 itu banyak menaruh perhatian pada eksplorasi sumber daya laut secara berkelanjutan.
Selain aktif sebagai peneliti, Ratih Pangestuti saat ini juga ditugaskan sebagai pelaksana tugas Kepala Kantor BBIL BRIN di Nusa Tenggara Barat dan juga sebagai ketua kelompok penelitian Bio Industri Laut. Ketertarikannya pada dunia kelautan, didorong oleh kekayaan sumber daya hayati laut Indonesia yang tertinggi di Bumi. Namun sayang, kekayaan sumber daya hayati laut tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
"Saat ini kita banyak melupakan lautan, lupa akan seberapa besar potensi laut yang kita punya dan pemanfaatannya untuk kesejahteraan bangsa," ujar Ratih, seperti dikutip dari laman resmi BRIN.
Hal tersebut mendorongnya untuk terus melakukan riset dan mengabdikannya kepada masyarakat. Menurutnya, seorang peneliti tidak hanya mempublikasikan hasil risetnya ke dalam artikel ilmiah (science for science) namun juga harus berkontribusi dalam pilar IPTEK yang lain yakni science for scientific community dan science for stakeholders.
Baca Juga: Delapan Spesies Tumbuhan Baru Ditemukan Dua Peneliti LIPI pada 2020
Riset yang sedang dikembangkannya saat ini adalah terkait "pengembangan under-exploited rumput laut untuk meningkatkan daya saing produk kelautan nasional dan industri pangan bahari," tuturnya.
Adapun R. Tedjo Sasmono adalah peneliti senior pada Pusat Riset Biologi Molekular (PRBM) Eijkman BRIN. Pria berkacamata ini memulai kariernya sebagai periset di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada Tahun 1994.
Tedjo meraih gelar PhD dalam bidang molecular bioscience dari University of Queensland, Australia pada tahun 2003. Saat ini, Tedjo Sasmono adalah ketua kelompok Unit Penelitian Demam Berdarah Dengue di PRBM Eijkman.
Tedjo tertarik pada riset penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) karena melihat kenyataan bahwa penyakit ini menjadi salah satu penyakit yang hingga kini masih menghantui Indonesia pada khususnya. "Indonesia menempati posisi tertinggi dalam kasus penyakit dengue di Asia Tenggara. Selain itu, dari empat jenis virus dengue, keempatnya ada di Indonesia," kata Tedjo.
Tedjo Sasmono menambahkan bahwa jumlah penduduk, lingkungan alam tropis, sanitasi yang buruk, dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi alasan utama yang menyebabkan tingginya angka kasus dengue tersebut.
Dalam Top 2% World Ranking Scientists 2021 yang dipublikasikan Stanford University, para ilmuwan diklasifikasikan ke dalam 22 bidang dan 176 sub-bidang keilmuan. Data sepanjang karier para ilmuwan dalam daftar tersebut telah diperbarui hingga akhir 2020.
Baca Juga: Sains Terbaru: Eksperimen Sebar Nyamuk Aedes aegypti di Yogyakarta
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR