Teknologi stem cell (sel punca) untuk menyembuhkan penyakit semakin berkembang.
Tak hanya di luar negeri, penelitian sel punca juga terus dikembangkan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro di Semarang.
Transplantasi sel punca dari sumsum tulang segera diterapkan pihak Undip dengan mendirikan klinik sel punca sumsum tulang di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) pada Januari 2015.
Berbagai metode baru
Direktur Utama RSND, Prof. DR. dr. Susilo Wibowo mengatakan RSND sudah memiliki laboratorium sentral yang akan mendukung penerapan klinik sel punca menggunakan metode mesenchymal stem cell transplantation (MSCt) yakni dengan mengambil sel punca dari jaringan sumsum tulang untuk disuntikkan kembali kepada pemilik atau orang lain yang membutuhkan sel punca. Metode ini sudah dimulai di berbagai universitas di Indonesia.
“Sel punca diambil dari jaringan sumsum tulang. Pengambilan jaringan sumsum tulang tak berIsiko, karena jaringan sumsum tulang nantinya akan tumbuh kembali. Setelah diambil kemudian dilakukan pengolahan menjadi sel punca. Selanjutnya sel punca tersebut disuntikkan kembali tanpa melakukan operasi,” katanya, pekan lalu.
Di dalam sumsum tulang tidak hanya berisi sel punca, juga ada sel-sel lain yang belum masak. Kemudian jika dimasukkan ke tubuh orang lain, sel tersebut akan masak kemudian menyesuaikan diri.
Sel punca (tali pusat) tersebut juga bisa digunakan saat dilakukan transplantasi, misal transplantasi ginjal. Sebelum teknologi kedokteran berkembang, ginjal pemberi harus dicek kesesuaian dengan penerima ginjal terlebih dahulu.
Namun kemudian dengan teknologi sel punca, ketidaksesuaian bisa dikurangi dengan disuntikkan sel punca sumsum tulang.
“Seminggu sebelum dilakukan transplantasi, sel punca pemberi ginjal disuntikkan ke tubuh penerima ginjal. Sel-sel tersebut akan berkembang dan menyesuaikan diri ketika transplantasi ginjal dilakukan. Meski di dalam tubuh orang lain, sel-sel tersebut sudah kenal karena sudah menyesuaikan diri. Dan ini bisa mengurangi pengaruh obat-obatan. Metode MSCt juga diterapkan transplantasi liver atau hati,” ujarnya.
Selain MSCt, Undip juga akan menerapkan metode terbaru sel punca yakni induced pluripotent stemcell (IPSc) yakni sel yang bisa berubah menjadi berbagai sel asalnya dengan cara dipacu untuk kembali lagi menjadi sel punca.
Dua metode ini sangat realistis, mudah, dan murah. “Sel dewasa ke depan bisa disuruh kembali dengan induksi kembali menjadi stem cell. Paling banyak ditemukan di jaringan kulit atau fibroblas. Metode ini sebantar lagi akan dibawa pulang ke Indonesia oleh dua mahasiswa Undip yang sedang menyelesaikan program doktor di dua universitas Belanda.
Nantinya akan memulai riset dan pembuatan IPSc di sini. Keduanya menggunakan dua teknologi berbeda, namun mempunyai tujuan yang sama,” ujarnya.
Penyembuhan penyakit degeneratif menggunakan sel punca memang menjanjikan. Penerapan teknologi sel punca tidak perlu ke luar negeri, Indonesia juga telah mampu menerapkan.
“Sel punca adalah salah satu harapan penyembuhan yang sangat realistis yang diizinkan Tuhan untuk ikut memperbaiki organ-organ yang rusak.”
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR