Namun, begitu saya bangun dan menjejakkan kaki keluar kamar, hujan dengan intensitas ringan langsung menyambut. Tiupan angin dan gelombang laut juga cukup besar. Langit di kejauhan tampak berkabut yang membuat jarak pandang lebih pendek. Keadaan cuaca yang tentu saja sedikit menurunkan semangat saya.
Sang pilot helikopter, juga terlihat duduk lemas memandang "sang burung besi" yang harusnya dia terbangkan hari itu. "Kalau cuaca begini terus tidak akan bisa. Jangan sampai kita mau men-SAR orang, malah jadi kita yang di-SAR," kata sang pilot menirukan kurang lebih kata-kata Komandan Arief.
Akhirnya pada hari itu, sembari menunggu cuaca membaik, pencarian dilakukan mengandalkan pandangan dari anjungan darat memakai teropong di kedua sisi kapal. Beberapa barang yang diduga bagian dari pesawat AirAsia seperti kayu, dasi, botol dan baju pelampung ditemukan.
!break!Tim SAR membiarkan barang-barang kecil itu hanyut terbawa ombak karena bukan prioritas. Terlebih lagi Presiden Joko Widodo sudah mengingatkan bahwa yang paling utama saat ini adalah mencari korban.
Sambil menunggu KRI Banda Aceh menemukan korban, saya dan awak media lain selalu bertukar informasi dengan kapal-kapal pencari lain. Hingga Rabu malam, KRI Bung Tomo sudah menemukan 3 jenazah, 2 wanita dan 1 laki-laki.
KRI Hasanudin menemukan 1 jenazah laki-laki. KRI Yos Sudarso menemukan 1 jenazah pramugari dengan nametag Khairunisa Haidar. Kapal Malaysia KD Lekir yang ikut membantu pencarian juga menemukan 1 jenazah laki-laki, teridentifikasi sebagai Kevin Alexander Sutjipto dari KTP di dompetnya.
Rencananya, jika cuaca sudah membaik, semua jenazah itu akan digabungkan ke KRI Banda Aceh untuk diterbangkan dengan helikopter ke Pangkalan Bun.
Libatkan kapal warga
Hingga Rabu petang, cuaca ternyata juga tak kunjung membaik. Hujan masih turun dengan intensitas ringan, angin berhembus kencang, dan kabut juga cukup tebal. Upaya untuk mengevakuasi jenazah ke Pangkalan BUN, semula hendak ditunda sampai keesokan harinya.
Namun, pada Rabu malam, tim SAR mencoba menggunakan cara alternatif dengan menggunakan jalur laut. Sebuah kapal warga jenis Tug Boat yang kebetulan melintas, ikut dilibatkan untuk membantu proses pemindahan jenazah.
!break!Satu jenazah di KRI Yos Sudarso dan satu lainnya di KRI Hasanuddin diantarkan ke Pangkalan Bun dengan Tug Boat tersebut. Komando Pasukan Katak yang sudah siaga di KRI Banda Aceh, diminta untuk mengawal jenazah sampai ke tempat tujuan.
Saya dan awak media lain yang semula berencana ikut perjalanan pemindahan dengan helikopter, tak diizinkan mengikuti perjalanan dengan tug boat. Keselamatan, lagi-lagi menjadi alasan yang paling utama.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR