Badan SAR Nasional mengakui deteksi metal menangkap adanya logam di bawah laut tetapi setelah diinspeksi lebih lanjut, benda itu bukan dari pesawat yang hilang.
"Setelah kita teliti, itu bukan dari pesawat. Mungkin itu logam dari kapal yang tenggelam tapi yang pasti bukan dari pesawat yang kita cari," kata Supriyadi.
Dalam konferensi pers di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah hari Jumat (2/1), Kepala Operasi Basarnas Marsma Supriyadi menunjukkan beberapa benda yang sudah ditemukan. Salah satunya menurut dia kemungkinan bagian dari sayap pesawat, namun ia menambahkan kepastian tentang benda-benda itu hanya bisa didapat melalui penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Ketua KNKT Tatang Kurniadi dalam wawancara dengan BBC Indonesia beberapa waktu lalu juga mengatakan bahwa semua temuan baik data mau pun benda menjadi milik KNKT.
Sementara itu, operasi pencarian hari ini dilakukan dengan 17 armada udara dan 29 armada laut. Pencarian juga dilakukan di bawah permukaan air.
"Pencarian bawah air akan menggunakan teknologi robot yang disebut remote operating vehicle underwater," kata Supriyadi dan menambahkan bahwa Basarnas berharap nelayan ikut membantu penyisiran laut.
Terkait penemuan jenazah, ia mengatakan semua jenazah yang ditemukan akan langsung diterbangkan ke Surabaya untuk menghindari pembusukan, mempercepat identifikasi jenazah dan mempercepat pengembalian ke keluarga.
"Begitu jenazah yang sudah lama terendam di laut diangkat ke darat, maka proses pembusukan berlangsung cepat. Makanya harus diterbangkan ke Surabaya yang lebih steril, agar tim DVI bisa cepat bekerja dan keluarga bisa segera memakamkan," kata Supriyadi.
Pencarian hari ini sudah dilakukan sejak pagi hari dengan kondisi tinggi gelombang empat meter dan kecepatan angin 35 knots.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR