Dalam tiga bulan terakhir, sejumlah anak gajah di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur mati akibat virus Elephant endoteliotropic.
Menurut Kepala Seksi III TNWK sekaligus Kepala PKG Antonius Fevri, kasus ini baru pertama kali terjadi di Lampung—pihaknya langsung menyatakan Siaga I.
"Ini dianggap Siaga I karena menyerang 25 persen dari 16 total anak gajah jinak di lokasi penangkaran," ujar dia, Rabu (4/2).
Dia menambahkan, virus itu menyerang hanya pada anak gajah yang berusia tiga sampai delapan tahun. "Kejadiannya sangat cepat, hanya berlangsung tidak lebih dari 24 jam. Tiga gajah pertama yang mati pada bulan November 2014 menunjukkan gejala sakit pada pagi dan langsung mati pada sore harinya," katanya.
Adapun gajah yang mati pada bulan Januari 2015 bertahan lebih lama karena sempat mendapat penanganan medis berupa pemberian obat-obatan dan diajak keliling jalan-jalan.
"Gejala yang dialami yang terkena virus itu serupa. Petugas kami menemukan kondisi lemas, kemudian lidahnya berwarna biru pekat dan suhu tubuhnya dingin," katanya.
Antonius menambahkan, virus itu diduga merupakan bawaan dari gajah dewasa, tetapi karena anak gajah memiliki daya tahan yang lemah sehingga virus itu lebih cepat menular pada anak gajah.
Saat ini, tim kesehatan rutin melakukan pengecekan kesehatan sebanyak dua kali sehari selama 20 hari ke depan. Selain itu, tim juga melakukan pemisahan antara gajah dewasa dan anak gajah.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR