"Welcome to Sasak Village, Sade, Rembitan, Lombok." Begitu bunyi plang nama berbentuk rumah adat Sasak di tepian jalan di Lombok. Tak jauh dari sana, beberapa pemuda pemandu berdiri menyambut.
"Mau berkunjung ke Sade?" kata Haryadi, pemandu, seraya menunjuk seberang jalan.
"Mari saya antarkan." Dia tersenyum, ramah.
Kamipun memasuki Sade. Setelah mengisi buku tamu dan memberikan donasi sukarela, kami mulai mengelilingi kampung yang masih mempertahankan keaslian desa sesuai adat Sasak ini.
Dusun ini berada di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dusun inipun menjadi salah satu tujuan wisata di Lombok.
Dari luar, keunikan perkampungan ini hanya tampak dari bentuk rumah adat dan bahan pembuatan rumah, seluruh beratap ilalang. Ketika di dalam, kampung lebih menarik dan unik sekali. Hampir setiap rumah menjual kerajinan dari kain tenun, sampai pernak pernik seperti gelang, gantungan kunci sampai hiasan kecil buat di rumah. Etalase produksi kerajinan mereka di balai atau bangunan berdinding sebagian—digunakan menata kain atau kerajinan. Balai (bale) ini berada di depan atau samping rumah.
Bahan pembuatan rumahpun dari bahan alami, yakni, tanah liat, sekam padi dan beratap alang-alang. Yang unik cara mengepel lantai menggunakan kotoran kerbau. “Ini untuk mengendapkan debu dan menghindari binatang seperti nyamuk,” kata Haryadi.
Pengepelan lantai, katanya, dalam seminggu dua kali. “Sudah dari dulu seperti ini. Tradisi. Kotoran sapi sendiri kami dapat dari beberapa lokasi di Lombok ini.”
Untuk atap alang-alang, waktu penggantian berkisar antara lima sampai 15 tahun. Menurut Haryadi, tergantung kerapatan pemasangan. “Makin rapat makin tahan lama.”
Adapun bahan-bahan pembuatan rumah ini, didapat dari kawasan sekitar, baik tanah liat, sekam padi, bambu sampai alang-alang.
Haryadi mengatakan, rumah adat ini ada beberapa bentuk dan fungsi antara lain, bale tani. Ini sebagai tempat tinggal warga sehari-hari. Lalu bale barugak atau balai pertemuan ini untuk tempat membahas (memecahkan masalah), perkawinan sampai sunatan; lumbung padi dan bale kodong (rumah sementara bagi pasangan muda).
“Lumbung penyimpanan padi Suku Sasak ini simbol Pulau Lombok. Satu lumbung ini dipakai lima sampai enam keluarga.”
Sedang bale tani, kata Haryadi, terdiri dari tiga bagian. Bagian dalam, tempat anak gadis, memasak dan melahirkan. Bagian luar (sebelah kanan) untuk ibu bapak, dan sebelah kiri tempat anak laki-laki plus ruang tamu.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR