Nepal terbilang negara yang rawan terhadap gempa bumi. Pasalnya, negara yang tak punya kawasan laut itu berada di lingkaran pegunungan aktif, antara lempeng tektonik India dan Tibet.
Gempa dengan kekuatan 7,9 Skala Richter (SR) yang melanda Nepal, Sabtu (25/4), sekitar pukul 11.20 waktu setempat sejatinya bukan yang pertama. Gempa paling dahsyat setelah gempa tahun 1934 yang menewaskan lebih dari 16.000 orang di Nepal dan India.
Berikut daftar gempa besar yang pernah mengguncang negeri Himalaya ini:
1. 15 Januari 1934
Gempa berkekuatan 8,0 SR dikenal sebagai salah satu gempa paling dashyat dalam sejarah negeri ini. Gempa yang dikenal juga sebagai Gempa Bihar-Nepal ini mnewaskan lebih dari 16.000 orang di Nepal dan India. Selain itu, gempa juga merobohkan sejumlah bangunan bersejarah termasuk Menara historis Dharahara yang kemudian dibangun kembali namun kembali roboh dalam gempa hari ini
2. 29 Juli 1980
Gempa 6,5 SR di sebelah barat Nepal menewaskan lebih dari seratus penduduk, merobohkan ribuan bangunan dan ikut menewaskan hewan-hewan ternak
3. 20 Agustus 1988
Kali ini gempa menggoyang perbatasan India dan Nepal. Lebih dari 1.000 orang di kedua negara tewas akibat gempa dengan kekuatan 6,8 SR ini. Kekuatan gempa bahkan dirasakan hingga ibukota India New Delhi, Bangladesh, hingga Myanmar.
4. 18 September 2011
Gempa berkekuatan 6,9 SR menewaskan 16 orang di India dan Nepal. Sejumlah bangunan hancur.
5. 25 April 2015
Gempa berkekuatan 7,9 SR yang melanda Nepal Sabtu (25/4) sekitar pukul 11.20 waktu setempat sementara sudah menewaskan 1.341 orang di mana dikhawatirkan angka akan terus meningkat
Selain gempa-gempa besar di atas, negara di pegunungan Himalaya ini juga kerap diguncang gempa berkekuatan kecil. Seperti tahun 1993 gempa ringan di bagian tengah dan barat negara yang dulunya berbentuk monarki konstitusional ini, menewaskan seorang warga. Kemudian tahun 2001 gempa ringan menewaskan 2 orang, tahun 2002, lebih dari 50 orang terluka, dan tahun 2003, gempa menewaskan 2 orang.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR