Riset tsunami
Meskipun sejak tsunami Aceh 2004 penelitian tentang gempa dan tsunami di Indonesia mulai meningkat, menurut ahli tsunami dari BPDP-BPPT, Widjo Kongko, upaya ini masih bersifat sporadis dan sangat terbatas. Salah satu yang menjadi penyebab keterbatasan studi ini adalah masih sedikitnya jumlah sumber daya manusia yang terlibat.
Oleh karena itu, ia berharap lokakarya yang diselenggarakan atas kerja sama LIPI, BPDP-BPPT, dan UGM ini bisa menarik lebih banyak pihak terlibat dalam memahami karakteristik ancaman tsunami, khususnya di pesisir selatan Jawa. "Tanpa dukungan riset yang kuat, kebijakan pembangunan terkait penanggulangan kebencanaan rentan salah sasaran," ujarnya.
Subagyo Pramumijoyo, guru besar teknik geologi dari UGM, menambahkan, Indonesia dikenal berada di lempeng tektonik sangat aktif sehingga menarik minat banyak peneliti asing. Namun, ahli-ahli dari Indonesia sangat kurang. "Padahal, masih banyak faktor yang tidak diketahui terkait dengan kegempaan dan tsunami, misalnya apakah ada kaitan antara gempa tektonik di Bantul tahun 2006 dan besarnya aktivitas Gunung Merapi tahun 2010," katanya.
Menurut Widjo Kongko, dengan mengetahui sumber, kekuatan, dan mekanisme gempa, bisa dibuat model tentang besaran tsunami yang akan terjadi. Jika digabungkan dengan data batimetri pantai, barulah bisa dibuat peta landaan tsunami. Sejauh ini, daerah yang sudah memiliki pemetaan detail tentang hal itu baru Sumatera Barat atas dukungan dari sejumlah negara. Padahal, wilayah Indonesia yang rentan tsunami sangat luas.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR