Sepanjang perang, Amerika telah menghancurkan 66 kota di Jepang dengan aksi pengeboman besar-besaran. Dalam hanya satu malam, 100.000 warga sipil tewas di Tokyo.
Direktur Studi Asia di Universitas Temple University, Tokyo, Jeffery Kingston, mengatakan, bom itu tak memiliki dampak seperti yang diharapkan Amerika.
"Jika Anda melihatnya dari perspektif militer Jepang, tak ada perbedaan besar apakah orang mati dari bom biasa atau bom atom ... itu hanya dipandang sebagai kehancuran dua pusat kota,” utaranya.
Bom atom mungkin berperan dalam mencegah invasi darat yang berdarah dan membuat ribuan warga Amerika tetap hidup, tetapi sejarawan seperti Dr Jeffery mengatakan, bom itu juga bermakna sebagai pesan untuk Uni Soviet.
"Kami memiliki senjata baru yang luar biasa ini, kami memiliki monopoli atasnya dan kami akan muncul sebagai negara adidaya terkuat. Artinya, itu adalah salvo pembukaan Perang Dingin," sebutnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR