Masih ingatkah Sahabat pada tokoh Dr. Octopus dalam film Spiderman 2? Ya, ia adalah dosen Peter Parker yang menciptakan alat canggih dengan tentakel yang bisa berfungsi sebagai lengan ekstra untuk memudahkan pekerjaannya. Alat ciptaannya itu dikendalikan dan diatur menggunakan chip yang ditanam di belakang lehernya, yang tersambung ke otak—singkatnya, alat tersebut bisa dikendalikan dengan baik hanya dengan berpikir saja.
Banyak ilmuwan yang mungkin terinspirasi dari karakter fiksi tersebut. Di tahun 2011-2012, sejumlah ilmuwan menciptakan robot lengan yang mampu membantu penderita stroke dan degeneratif syaraf ataxia mengangkat benda yang mereka butuhkan.
Beberapa waktu terakhir, ilmuwan dari Jerman dan Korea menciptakan teknologi serupa, namun dengan fitur yang lebih unggul dari robot-robot lengan yang sebelumnya pernah dibuat peneliti. Alat yang diciptakan sang ilmuwan dari Korea University dan Technical University (TU Berlin) tersebut dinamakan Exoskeleton.
Hal mendasar yang membedakan alat hasil kolaborasi dua tim ilmuwan tersebut dari robot-robot lengan lainnya terletak pada proses instalasi “chip” yang diperlukan untuk mengendalikan si robot.
Untuk menggunakan lengan-lengan robot tersebut, calon pengguna harus lebih dulu melakukan operasi otak invasif, di mana dokter akan menanam partikel impuls listrik mini di dalam otak mereka sebagai partikel pengendali saat tersambung dengan kawat eksternal robot.
Pengguna Exoskeleton, di sisi lain, tak memerlukan tahapan operasi tersebut untuk mengendalikan sang robot. Mereka hanya perlu memakai Skullcaps di atas kepala mereka, yakni topi yang permukaan dalamnya terselimuti oleh elektroda kecil. Ketika penggunanya memakai skullcap—yang serupa dengan metode electroencephalogram (EEG), kegiatan otak mereka akan terekam dan terdata oleh komputer. Setelah itu, komputer menerjemahkan sinyal-sinyal otak tersebut untuk kemudian dilanjutkan ke robot untuk melakukan gerakan yang diinginkan si pengguna.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR