Berdasarkan data World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia tahun 2015 bunuh diri di sejumlah negara merupakan penyebab kematian nomor dua pada penduduk usia 15-29 tahun. Data WHO tahun 2015 mencatat, setiap tahunnya terdapat 800.000 orang meninggal dunia karena bunuh diri.
“Setiap 40 detik terdapat 1 orang di dunia yang meninggal, karena bunuh diri dengan rasio 11,4 per 100.000 populasi,” ujar Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Viora di Gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat (11/9/2015).
Di Indonesia, berdasarkan laporan kepolisian tahun 2012 terdapat 981 kasus kematian karena bunuh diri dan 921 kasus pada tahun 2013. Angka tersebut belum termasuk kasus yang tidak dilaporkan.
Berdasarkan data estimasi WHO tahun 2012, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 4,3 per 100.000 populasi. Menurut Eka, bunuh diri masih dianggap sebagai aib bagi keluarga sehingga tidak dilaporkan.
“Ini seperti fenomena gunung es, enggak kelihatan kasusnya. Ada rasa malu di keluarga. Kebanyakan terjadi di remaja atau usia produktif,” kata Eka.
Bunuh diri sebenarnya bisa dicegah jika masyarakat lebih peka dan peduli. Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia tahun 2015 kali ini pun mengambil tema Preventing Suicide: Reaching Out and Saving Live atau Mencegah Bunuh Diri: Mengulurkan Tangan dan Menyelamatkan Jiwa. Tema pencegahan diambil melihat tingginya kasus bunuh diri yang terjadi di banyak negara di dunia.
Perwakilan WHO dari Indonesia Priska Primastuti mengungkapkan, kasus kematian bunuh diri bahkan lebih tinggi jika dibandingkan jumlah korban perang dan pembunuhan dengan persentase mencapai 57 persen.
Priska mengatakan, wilayah SEARO, termasuk Indonesia menyumbang 39 persen angka kejadian bunuh diri di seluruh dunia. "Sebanyak 75 persen bunuh diri berada di neegara berpenghasilan rendah dan menegah," kata Priska.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR