Nationalgeographic.co.id—Ternyata ada alasan sains di balik aktivitas anak-anak bebek berenang berbaris di belakang induknya. Dengan berengan dalam barisan yang teratur di belakang induknya, anak-anak bebek itu dapat menunggangi ombak yang mengikuti mereka.
Dorongan ombak yang dihasilkan dari gerakan induknya di depan itu telah menghemat energi anak-anak bebek tersebut, papar para peneliti dalam laporan studi mereka yang terbit di Journal of Fluid Mechanics edisi 10 Desember. Laporan studi ini telah diterbitkan secara online oleh Cambridge University Press pada 5 Oktober 2021.
Pengukuran metabolisme bebek sebelumnya menunjukkan bahwa anak-anak bebek menghemat energi ketika berenang di belakang induknya. Namun penjelasan fisika di balik penghematan itu belumlah diketahui, sebagaimana dilaporkan oleh Science News.
Menggunakan simulasi komputer dari gelombang unggas air, arsitek laut Zhiming Yuan dari University of Strathclyde di Glasgow, Skotlandia, dan rekan-rekan penelitinya menghitung bahwa anak-anak bebek yang berenang di tempat yang tepat di belakang induknya mendapat bantuan gaya dorong.
Studi mereka berusaha menjawab tiga pertanyaan; mengapa anak-anak bebek berenang seperti ini, formasi apa yang terbaik, dan berapa banyak energi yang dihemat?
Untuk memperkirakan hambatan gaya yang muncul pada regu renang induk bebek dan anak-anaknya, tim peneliti menyusun model numerik untuk mensimulasikan. Hasil studi mereka berhasil mengungkapkan dua penemuan baru yang signifikan.
Halaman berikutnya...
Pertama, sebagaimana dikutip dari IFL Science, percobaan membuktikan bahwa ketika anak-anak bebek berenang di sweet spot atau titik manis tepat di belakang induknya, gelombang yang dihasilkan oleh induknya bertabrakan dengan ombak anak-anak bebek itu sendiri. Gelombang yang dihasilkan induknya itu mengganggu gaya hambat yang menghadap anak-anak bebek sehingga sebaliknya, bebek-bebek muda itu jadi terdorong ke depan, bukan ke belakang.
Ini berarti anak-anak bebek itu menghabiskan lebih sedikit energi untuk mengikuti induknya. Sebab, pada dasarnya anak-anak bebek itu seolah berselancar di belakang induknya, bukan berenang menghasilkan momentum maju mereka sendiri.
Selama penelitian ini, para peneliti juga menyadari bahwa dengan terombang-ambing dalam satu baris, anak-anak bebek pada dasarnya dapat terdorong ke depan sehingga setiap anak bebek dalam barisan dapat memiliki tumpangan yang lebih mudah, bukan hanya anak bebek yang pertama dalam barisan tersebut.
Baca Juga: Temuan Mengejutkan, Bebek di Australia Bisa Berbicara seperti Manusia
Keajaiban dimulai dari posisi empat. Jika posisi satu adalah induk bebek, titik di mana tarikan gelombang setiap bebek secara bertahap cenderung menjadi ke nol. Ini berarti bahwa "gelombang" yang diciptakan oleh induk bebek tersebut dapat berpindah dari anak bebek yang satu ke anak-anak bebek yang lainnya tanpa kehilangan energi dan memberikan gerakan mendorong maju yang sama.
Para peneliti menyebut dua manfaat ini sebagai "menunggangi gelombang" dan "melewati gelombang". Mereka juga menyatakan bahwa kedua hal ini mungkin mewakili manfaat yang menyebabkan bebek-bebek mengembangkan perilaku berenang ini dalam satu barisan.
"Studi kami mengungkapkan bahwa bebek-bebek menerapkan prinsip menunggangi gelombang dan melewati gelombang untuk mengurangi hambatan gelombang, meningkatkan kinerja penggerak mereka," tulis para peneliti dalam laporan studi mereke.
"Mereka (bebek-bebek itu) kemungkinan besar berenang dalam formasi satu baris, di mana masing-masing anak bebek dapat menerima manfaat yang harmonis."
Prinsip perilaku bebek-bebek dalam menunggangi ombak dan melewati ombak ini mungkin dapat ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan manusia yang lebih luas. Misalnya, prinsip ini mungkin dapat membantu industri perkapalan.
"Prinsip-prinsip ini berpotensi diterapkan untuk merancang kapal pengangkut barang modern," kata para peneliti. "Misalnya, kereta air, untuk mengangkut lebih banyak kargo tanpa biaya bahan bakar tambahan."
Baca Juga: Lambeosaurus, Si Moncong Bebek yang Hidup 90 Juta Tahun Lalu
Source | : | IFL Science,Science News |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR