Perangkat berfungsi, tetapi hanya secara horizontal. Dalam posisi tegak, udara keluar darinya. Cousteau dan Gagnan memposisikan ulang saluran masuk dan buang untuk menempatkannya pada tingkat yang sama. Mereka akhirnya mendapatkan versi yang siap dicoba oleh penjelajah Prancis di laut.
Selama beberapa bulan pada 1943, Cousteau, Tilliez, dan Frédéric Dumas dengan hati-hati menguji perangkat yang disebut Aqua-Lung. Mereka melakukan lebih dari 500 penyelaman di Laut Mediterania. Tanda kedalaman 40 meter dicapai pada awla musim gugur, sebelum Duma pergi ke 67 meter pada Oktober.
Cara terbaik untuk mengamati seekor ikan adalah dengan menjadi seekor ikan. tulis Cousteau dalam artikel pertamanya untuk National Geographic. "Dan cara terbaik untuk menjadi ikan, atau faksimili yang masuk akal, adalah dengan mengenakan alat bantu pernapasan bawah air yang disebut Aqua-Lung. Peranti ini menawarkan manusia kesempatan untuk menyelidiki kedalaman laut tanpa terburu-buru dan tanpa bahaya."
Baca Juga: Temuan Alat Selam Diving Bell oleh Aristoteles untuk Alexander Agung
Hampir 80 tahun setelah perangkat ditemukan, konsep dasar yang sama masih digunakan. "Ini sesederhana dan elegan seperti gagang pintu," jelas David Doubilet, fotografer bawah air National Geographic. "Ini bisa diandalkan! Selama 65 tahun menyelam, saya tidak pernah menemui masalah."
Kemampuan untuk menyelidiki kedalaman, bagaimanapun, membuat penyelam menghadapi bahay lain. Aqua-Lung membuat pernapasan lebih mudah dengan menyeimbangkan tekanan lingkunan dan internal, tetapi tidak dapat mencegah narkosis nitrogen atau "mabuk dari kedalaman", sebuah fenomena yang terjadi ketika gelembung nitrogen terbentuk dalam sistem darah selama turunnya penyelam. Cousteau menggambarkannya sebagai "perasaan euforia, hulangnya kendali secara bertahap atas refleks, hilangnya naluri untuk bertahan hidup." "Udaranya terasa aneh dan anda mabuk karena napas anda sendiri," kata Albert Falco, yang berlayar bersama Cousteau selama hampir 40 tahun.
Cousteau terus berperan aktif dalam eksplorasi bawah laut sampai kematiannya pada 1997 pada usia 87 tahun. "Tugas saya adalah menunjukkan apa yang dilindungi laut, menunjukkan keindahannya, sehingga orang mengenal dan menyukainya," tulis penjelajah itu.
Terlepas dari kontribusi inovatifnya, dunia ini sebagian besar belum diketahui. Menurut US Agency for Ocean and Atmospheric Observation, lebih dari 80 persen lautan di planet kita masih belum dijelajahi.
Baca Juga: Taman Sejarah Bawah Laut Gallipoli, Makam Kapal Perang HMS Majestic
Source | : | National Geographic France |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR