Nationalgeographic.co.id - Serigala kutub (Canis lupus lupus) yang tinggal di Norwegia dan Swedia—kadang disebut sebagai serigala Norwegia saja—dinyatakan punah. Pernyataan itu muncul oleh Hans Stenøien, direktur museum universitas di Norwegian University of Science and Technology (NTNU).
Sebelumnya, serigala itu juga sempat dianggap punah pada 1970, karena perburuan yang tinggi di Norwegia dan konflik dengan pertanian yang mendorong penurunan penyebaran hewan. Lalu sekitar 1980, peneliti menemukan keberadaan mereka kembali.
Saat itu diketahui ada 400 serigala yang berkeliaran di daerah perbatasan antara Norwegia dan Swedia. Spesies dari kedua negara ini dianggap sebagai populasi yang sama.
Baca Juga: Serigala Jepang Misterius Mungkin Merupakan Nenek Moyang Anjing
Awalnya, muncul isu banyak kalangan bahwa kembalinya serigala disebabkan dilepas ke alam liar oleh pihak kebun binatang Norwegia, tetapi pernyataan ini dikonfirmasi tidak benar. Namun yang jelas, menurut Stenøien, serigala yang muncul kembali ini bukan dari Norwegia, melainkan yang berasal dari Finlandia memperluas cakupannya setelah memasuki Swedia.
"Serigala di Norwegia dan Swedia saat ini kemungkinan besar berasal dari serigala yang bermigrasi dari Finlandia," kata Stenøien dalam rilis. "Serigala Norwegia-Swedia asli mungkin tidak memiliki genetika yang sama dengan serigala di Norwegia dan Swedia saat ini."
"Kami telah melakukan studi genetik serigala terbesar di dunia," lanjutnya. Dia menjadi penulis utama sebuah laporan berjudul Genetisk opphav til den norske-svenske ulvestammen dalam NTNU University Museum Natural History Report 2021-11.
Baca Juga: Tewas Tertimpa, Mumi Anak Serigala Ditemukan 57 Ribu Tahun Kemudian
Meski demikian, Stenøien belum dapat mengetahui sepenuhnya asal serigala Finlandia yang mana secara pasti endemik serigala itu. Populasi serigala Norwegia dan Swedia ini ternyata memiliki perbedaan secara genetik, tetapi bukan berarti merujuk pada serigala yang punah pada 1970-an.
Uji genetik yang Stenøien dan tim lakukan mendapati para serigala mengalami perkawinan sedarah yang parah dan mengancam. Tandanya, dia menerangkan, perkawinan sedarah membuat para serigala itu mimiliki variasi genetik yang sangat sedikit, yang mengakibatkan cacat genetik.
"Kurangnya variasi ini membuat serigala rentan terhadap berbagai penyakit dan kondisi keturunan," lanjutnya.
Cacat genetik itu dapat lebih mudah menyebar dari satu generasi ke generasi berikutnya. Gen ini tidak menguntungkan para serigala ini demi bertahan hidup secara efektif dalam seleksi alam.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR