Selain tergerus ombak, bibit mangrove yang tidak ditanam dengan hati, bisa mati. Sampah juga menjadi salah satu musuh bibit mangrove yang menghalangi pertumbuhannya. Apalagi, dari daratan mengalir deras aneka sampah: plastik, bahan kimia dan stereofoam yang tak bisa didaur ulang.
!break!Kelak, pulihnya mangrove di berbagai wilayah pesisir akan memberikan ruang hidup bagi flora-fauna lahan basah. Di kawasan Hutan Wisata Mangrove Wonorejo, Jawa Timur, mangrove menjadi tempat singgah berbagai jenis burung.
Burung-burung air akan mencari makan di hamparan lahan basah, dan kembali pulang untuk beristirahat di tajuk-tajuk mangrove yang lebat. Ada sekitar 148 spesies burung yang tinggal di Wonorejo.
Sebagian jenis tersebut merupakan burung pengarung antarbenua. Di sela migrasinya, burung-burung itu singgah sejenak di mangrove Wonorejo. Sebagian burung juga dilindungi pemerintah, seperti bubut jawa, raja udang, kuntul, pecuk ular.
Sayangnya, mangrove Wonorejo terancam penebangan yang dilakukan masyarakat sekitar. Dampaknya, pesisir Wonorejo sempat tergerus abrasi. Melalui penyulaman bakau dari berbagai pihak, termasuk Pertamina, kini burung-burung menemukan kembali habitatnya. Bakau telah menjadi sandaran kehidupan, tak hanya biota laut, tetapi juga satwa lainnya seperti burung, reptil dan serangga.
Seluruh kontribusi tersebut sebagai bentuk kepedulian Pertamina kepada nelayan dan masyarakat di sekitar pantai. Selain melindungi alam pesisir, pemulihan hutan mangrove juga untuk menyokong ekonomi masyarakat nelayan.
Saat ini Pertamina telah menanam sedikitnya dua juta pohon mangrove di seluruh Indonesia. Tidak hanya menanam pohon mangrove, Pertamina juga melakukan edukasi kepada masyarakat agar mangrove yang telah ditanam dapat tumbuh dan memberikan bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto kembali menegaskan bahwa pelestarian lingkungan melalui program CSR yang terangkum dalam \'Menabung 100 Juta Pohon\' ini demi nusa dan bangsa. "Ini sebagai kontribusi bagi bumi, serta bagi nusa dan bangsa."
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR