Seiring waktu, program ini dilanjutkan di lahan-lahan masyarakat kendati tidak terkena dampak operasi migas. “Kita bekerja sama dengan masyarakat dan menawarkan penanaman mangrove. Jika masyarakat berkenan, kami menyediakan bibit mangrove. Dari waktu ke waktu, kita juga memonitornya. Bila selama enam bulan tidak tumbuh, kami akan menyediakan kembali bibitnya.”
Bibit mangrove sangat mudah didapat dan tinggal memetik di pohon. “Menanamnya relatif gampang, tapi tantangannya adalah meyakinkan masyarakat mau menanam,” imbuhnya lagi.
Program ini telah berlangsung sejak 2000, selama 14 tahun. Setiap tahun ditanam sejuta bibit mangrove. Ini berarti 14 juta anakan mangrove telah ditanam, yang mencakup areal sekira 2.500 hektare. Selain bersama masyarakat Delta Mahakam, penanaman juga menggandeng instansi-instansi terkait.!break!
“Jadi tidak hanya menggugah masyarakat di Delta Mahakam, tetapi juga instansi terkait,” ujarnya, “dengan begitu, kesadaran menanam mangrove menjadi semakin luas.”
Upaya penyadaran tidak terbatas di daerah operasi migas Total E&P. Di Balikpapan, juga ada program edukasi di Mangrove Center Graha Indah Karyangau. “Di sana kita membantu Mangrove Center memperkenalkan pentingnya mangrove.”
Masyarakat sekitar Mangrove Center sudah merasakan nilai penting hutan mangrove. Erwin menyatakan, antara 2004-2005, di sekitar Mangrove Center pernah terjadi penebangan mangrove. Dampaknya, saat musim angin kencang tidak ada lagi penghalang alami. Masyarakat akhirnya sadar mangrove harus dikembalikan.
Kini mangrove Center menjadi tempat pembelajaran bagi warga Balikpapan ihwal nilai penting mangrove. “Kita membantu pembangunan dermaga untuk memudahkan akses ke Mangrove Center.”
Peneliti Pusat Pengkajian Perubahan Iklim Universitas Mulawarman Rita Diana memaparkan, semakin tua umur mangrove semakin besar kemampuannya menyerap karbondioksida. “Kami meneliti berbagai hutan mangrove di Delta Mahakam selama 2013-2015,” tutur Rita.
Salah satunya adalah hutan mangrove hasil penanaman Total E&P Indonesie. Rita meneliti kelas umur mangrove dari 2 tahun hingga 12 tahun. “Untuk yang umur 2 tahun, yang paling muda, mampu menyerap 12,19 ton ekuivalen CO2 per hektar per tahun,” jelasnya. Sementara untuk umur tertua, hutan mangrove hasil penanaman mampu menyerap CO2 sebesar 47,73 ton.
Dari hasil penelitian sementara itu, Rita menambahkan, bisa dihitung jumlah serapan CO2 dari semua tanaman mangrove. “Jadi, kita sudah tahu kemampuan menyerap karbon satu pohon mangrove, tinggal dikalikan dengan jumlah pohon yang ditanam,” papar Rita.
Sementara itu, Total E&P bersama Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Mulawarman juga sedang mengembangkan tambak yang ramah lingkungan. “Program silvofishery ini tujuan utamanya untuk tambak ramah lingkungan,” jelas Fahmi dari Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Percontohan budidaya udang ini terletak tak jauh dari North Processing Unit, di tambak milik Haji Lasappe, salah seorang anggota Kelompok Hijau Lestari. Pada tambak seluas 2,5 hektare itu akan ditanami pohon mangrove, dengan memperhatikan siklus pasang surut. “Misi kita, bagaimana caranya bertambak dengan mudah dan murah, tapi hasilnya bagus,” imbuh Fahmi.
Dari hasil percobaan pertama, dengan menebar 50.000 benur seukuran 1 cm, seberat 0,06 gram, setelah 27 hari berkembang menjadi 4 cm, seberat 0,65 gram. “Hasil ini istimewa karena pertumbuhan benur sangat pesat. Hasil ini sama dengan tambak yang memakai kincir air,” tegas Fahmi.
Program pemulihan mangrove Delta Mahakam nampaknya seiring dengan upaya perbaikan ekonomi masyarakatnya. Penanaman mangrove telah menebar kesadaran pentingnya pertautan ekonomi dan ekologi Delta Mahakam.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR