Satu tim ahli paleontologi menemukan spesies baru dari bebek dinosaurus primitif, yang disebut Eotrachodon orientalis di Alabama. Berukuran panjang sekitar 25 kaki (7,6 m), Eotrachodon orientalis hidup sekitar 83 juta tahun yang lalu, pada periode Cretaceous. Menurut sebuah makalah yang diterbitkan online minggu lalu dalam Journal of Vertebrate Paleontology.
Ia adalah salah satu hadrosaurid tertua (dikenal sebagai dinosaurus berparuh bebek) dan satu-satunya hadrosaurid dari Appalachia (sekarang bagian timur Amerika Utara) dengan tengkorak diawetkan.
"Ia adalah hewan yang benar-benar penting terkait informasi cara mereka datang dan tersebar di seluruh dunia," kata anggota tim, Prof. Gregory Erickson, dari Florida State University.
Kerangka fosil Eotrachodon orientalis yang ditemukan termasuk tengkorak, beberapa tulang punggung, tulang pinggul parsial dan beberapa tulang dari kaki, awalnya ditemukan oleh penggemar fosil di sebuah sungai dekat Montgomery, Montgomery County, Alabama, Amerika Serikat tenggara.
Dinosaurus sebagian besar berjalan dengan kaki belakangnya, meskipun kaki lainnya dapat turun menjadi empat kaki untuk merumput tanaman dengan gigi grinding, dan memiliki eksterior bersisik. Namun apa yang membedakannya adalah bahwa ia memiliki puncak besar pada hidung.
"Ia memiliki hidung jelek yang besar," kata Prof. Erickson.
“Selama periode awal Cretaceous, Amerika Utara dibagi setengah oleh 1.000 mil laut yang menghubungkan Teluk Meksiko dengan Samudra Arktik," kata para ilmuwan. "Badan air menciptakan dua daratan Amerika Utara, yakni Laramidia ke barat, dan Appalachia ke timur."
"Wilayah yang dianggap Appalachia sedikit lebih lebar, dari apa yang kita sebut Appalachia sekarang. Ini dimulai kira-kira di Georgia dan Alabama dan membentang sepanjang jalan utara ke Kanada. "
"Untuk kira-kira 100 juta tahun, dinosaurus tidak mampu melintasi penghalang ini," kata Dr Juni Ebersole dari McWane Science Center.
"Penemuan Eotrachodon orientalis menunjukkan bahwa dinosaurus berparuh bebek berasal dari Appalachia dan tersebar ke bagian lain dari dunia, di beberapa titik."
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR