Donasi organ dan transplantasi dapat menyelamatkan nyawa. Transplantasi organ seringkali menjadi satu-satunya pilihan setelah semua upaya pengobatan untuk kegagalan organ, tidak berhasil.
WHO mencontohkan, misalnya penyakit ginjal tahap akhir walau dapat diobati melalui terapi tertentu, tapi secara umum transplantasi ginjal diterima sebagai pengobatan terbaik dari segi kualitas hidup dan efektivitas biaya.
Pengadaan organ untuk transplantasi bisa melibatkan pemindahan organ tubuh dari tubuh orang yang meninggal. Sedangkan, organ sumbangan donor yang masih hidup, harus mempertimbangkan berbagai risiko, termasuk kesehatan dan kualitas hidup pendonor setelah kehilangan salah satu organ pentingnya.
Ini hanya dapat dipastikan melalui prosedur seleksi yang ketat, nefrektomi bedah yang hati-hati dan tindak lanjut dari donor untuk memastikan pengelolaan yang optimal demi menghindari konsekuensi yang tak diinginkan.
Kesehatan pasien penerima organ juga harus dipertimbangkan. Pasien transplantasi harus mengonsumsi obat imunosupresif yang juga disebut obat anti-penolakan untuk mencegah sistem kekebalan tubuh menyerang organ baru sebagai benda asing.
Cellcept, salah satu obat yang paling umum digunakan, dapat menyebabkan gejala gastrointestinal dan serangan infeksi. Lainnya adalah tacrolimus, yang dapat memperburuk gejala diabetes dan fungsi ginjal, penyebab penyempitan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan pad kadar tinggi, juga menyebabkan tremor.
Pasien juga mungkin menjadi lebih rentan terhadap infeksi, penyakit jantung, dan kanker. Tapi untuk pasien potensial penerima jantung, hati, atau ginjal, jika pilihannya adalah kesempatan memperpanjang hidup versus risiko, mana yang akan Anda pilih?
Di antara sekian banyak risiko, ada banyak pula cerita sukses. Pertimbangkan hal ini ketika Anda menimbang-nimbang untuk menjadi donor atau pencari donor. Selain itu, mari kita luruskan beberapa rumor terkait transplantasi organ tubuh.
1. Dokter tidak akan mengizinkan orang yang Anda cintai meninggal demi memanen organ tubuhnya untuk transplantasi.
Tidak ada yang jahat dengan transplantasi. Tujuan satu-satunya adalah untuk menyelamatkan hidup pasien tanpa mengorbankan kehidupan yang lain.
Jadi, dokter sudah pasti akan sangat berhati-hati memeriksa kondisi kesehatan secara keseluruhan baik pendonor maupun penerima donor.
2. Calon penerima dan pendonor diperiksa dengan teliti terhadap kemungkinan adanya penyakit infeksi atau menular, kanker, HIV dan lain sebagainya.
Pemeriksaan ini dilakukan tanpa diskriminasi. Jika nanti timbul masalah, mungkin itu karena efek tidak menyenangkan obat imunosupresif. !break!
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR