Nationalgeographic.co.id—Seekor kelinci belang sumatra telah diselamatkan oleh petugas satwa liar Indonesia setelah ditemukan secara tidak sengaja di Facebook. Kelinci belang sumtra ini secara luas dianggap sebagai kelinci paling langka di dunia.
Keberadaan spesies ini diketahui dari selusin spesimen yang dikumpulkan pada awal abad ke-20 yang kini disimpan di museum Belanda. Sejak saat itu, hanya ada penampakan sesekali dari spesies yang rentan ini di alam liar dan beberapa fotonya dari hasil jebakan kamera.
Kelinci belang ini dianggap sebagai spesies paling langka di antara semua lagomorph (kelinci, terwelu, dan pika). Kelinci ini sangat langka sehingga ketika muncul di Facebook pada Agustus lalu, sejumlah komunitas konservasi serta para pejabat dari Taman Nasional Kerinci Seblat di Pulau Sumatra Indonesia dengan cepat melacak calon penjual tersebut dan menyelamatkan hewan yang tak ternilai harganya itu.
Kelinci itu berhasil dievakuasi dengan aman pada saat para petugas bertemu dengan calon penjual itu. Si calon penjual adalah seorang petani yang menangkap hewan itu secara kebetulan di tepi taman nasional di sebelah sungai yang baru saja banjir deras. Kelinci itu mengalami luka ringan di bagian panggulnya. Kemungkinan, luka itu timbul akibat banjir bandang.
Baca Juga: Mengungkap Kebenaran Jackalope, Kelinci Bertanduk Mirip Rusa
Deborah Martyr, manajer program dari Fauna & Flora International (FFI) yang menjadi penasihat Unit Perlindungan & Konservasi Harimau, mengatakan kesempatan tak terduga untuk mengamati spesies yang sulit dipahami seperti itu memiliki makna ilmiah yang sangat besar.
"Sangat sedikit yang diketahui tentang hewan ini, selain hewan ini menunjukkan preferensi yang nyata untuk bukit berlumut dan hutan submontana. Satu-satunya spesimen dari Sumatra berasal dari masa penjajahan Belanda – dan berada di Belanda, bukan Indonesia," ujar Martyr dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh FFI, seperti dilansir Channel News Asia (CNA).
Martyr mengatakan para petugas dari taman nasional menjelaskan kepada petani itu soal apa yang dia miliki. "Begitu petani yang menangkap kelinci ini memahami kelangkaannya, dia senang melihat kelinci itu kembali ke taman nasional," katanya.
Kelinci langka itu kini telah dilepaskan kembali dengan aman ke hutan oleh para penjaga taman naisonal. Kelinci itu dilepaskan di lokasi yang dipilih berdasarkan data jebakan kamera yang ada.
Baca Juga: 'Pikachu' di Dunia Nyata, Makan Kotoran Untuk Bertahan Hidup
Herizal, anggota tim pelepasliaran kelinci itu, mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya dia melihat kelinci belang meski sudah lebih dari delapan tahun berpatroli jauh di dalam taman nasional tersebut.
"Itu selalu baik untuk melepaskan hewan kembali ke alam liar – dan ini jauh lebih sedikit stres daripada melepaskan harimau. Kami melepaskan kelinci itu dan kelinci itu melihat sekeliling – lalu mulai memakan daun. Rasanya sangat santai," kata Herizal, yang merupakan community ranger di salah satu Unit Perlindungan & Konservasi Harimau di taman nasional tersebut.
Tamen Sitorus, direktur Taman Nasional Kerinci Seblat, mengatakan dia bangga dengan par stafnya karena menanggapi laporan ini dengan sangat profesional dan berhasil mengembalikan kelinci itu ke taman nasional. "Saya berharap sampel yang diambil dan data lain yang dikumpulkan dapat bermanfaat bagi para ilmuwan Indonesia dalam membangun pengetahuan tentang hewan yang kurang dikenal ini," katanya dalam pernyataan yang sama.
"Walaupun (Taman Nasional) Kerinci Seblat terkenal di dunia karena keanekaragaman hayatinya, hewan karismatik yang lebih besar seperti harimau, gajah, dan rangkong gadinglah yang biasanya menjadi berita utama. Orang-orang sering lupa bahwa taman ini juga melindungi spesies langka seperti kelinci belang sumatra dan habitatnya."
Kelinci belang sumatara masuk dalam kategori Data Deficiency dalam Daftar Merah. Populasi spesies ini tidak diketahui tetapi kelinci itu sangat langka.
Foto pertama spesies ini di alam liar diambil pada tahun 1997. Sejak saat itu, kelinci itu hanya tertangkap kamera beberapa kali.
Source | : | Channel News Asia |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR