Rasanya, tak ada yang sanggup menolak daya pikat Dieng, dataran tinggi berjuluk tanah para dewa. Berada pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut, Dataran Tinggi Dieng menjelma sebagai negeri atas awan yang menawarkan suasana alam nan sejuk.
Keindahan alam bukan satu-satunya alasan untuk berkunjung ke Dieng. Ragam budaya dan jejak sejarah awal peradaban Hindu di Pulau Jawa menjadi keunggulan lain yang dimiliki Dieng. Ada upacara adat yang sarat nilai budaya, rutin digelar tiap tahunnya di dataran tinggi ini. Upacara adat tersebut, sejak tujuh tahun silam dikemas dalam bentuk Festival Budaya Dieng atau Dieng Culture Festival. Tahun ini, Festival Budaya Dieng bakal dihelat pada tanggal 5-7 Agustus.
Di festival ini, wisatawan dapat menikmati serangkaian atraksi seni budaya, mulai dari pertunjukan seni tradisi nusantara, pameran kerajinan khas Dieng, festival film, pesta lampion, hingga menyaksikan pagelaran Jazz atas Awan” di tengah hawa dingin.
Tak hanya itu, wisatawan juga diajak untuk berkeliling menikmati segarnya udara Dieng, menyesap hangatnya Purwaceng, atau menikmati kuliner khas Dieng lainnya, seperti mie ongklok, tempe kemul dan manisan carica.
Upacara yang paling ditunggu-tunggu wisatawan sebenarnya ruwat rambut gimbal (atau disebut juga gembel). Di Dieng, beberapa anak memiliki rambut gimbal asli yang dilatar belakangi oleh keyakinan dan mitos warga setempat. Pada puncak acara DFC, rambut anak-anak yang gimbal secara alami tersebut akan dipotong kemudian diupacarakan untuk dilarung ke sungai.
"Anak berambut gembel adalah anak bajang titisan Eyang Agung Kaladate dan Nini Ronce selaku leluhur warga suku Dieng. Karena dianggap titisan dewa itulah, maka anak berambut gembel tidak boleh dipotong rambutnya secara sembrono (asal). Jika rambut anak gembel dipotong tidak melalui acara ritual yang khusus, maka si anak akan jatuh sakit dan dipercaya akan mendatangkan bencana bagi keluarganya," demikian keterangan yang tertera di situs dieng.id.
Berkunjung ke Dieng pada bulan Agustus ibarat peribahasa “Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui”. Anda bisa mendapatkan pengalaman berwisata alam, sejarah dan budaya dalam satu paket. Bagaimana? Siap menjelajah?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR