Pasien akan berada dalam kondisi koma selama sekitar sebulan untuk mencegah pergerakan apa pun, sementara tulang belakang akan dirangsang dengan elektroda untuk memperkuat koneksi saraf. Canavero memprediksi pasien akan dapat berjalan dalam waktu setahun pasca operasi.
Meski rencananya sekilas terkesan matang, namun masih ada implikasi etis yang harus dihadapi oleh Canavero dan timnya. Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Xinhua, Alberto Delitala, presiden Italian Society of Neurosurgery, mengatakan, “Sikap kami sangat jelas, tema sentral dalam metode ilmiah menyatakan bahwa semua teknik baru harus berdasarkan pada uji eksperimen yang telah diajukan kepada komunitas ilmiah internasional sebelum diterapkan pada manusia. Sedangkan Canavero tak pernah berhasil membuktikan bahwa dia pernah berhasil melakukan transplantasi kepala pada hewan.”
“Jika Canavero benar-benar telah menemukan terobosan teknik dalam menyambungkan kembali saraf tulang belakang, mengapa dia tidak menerapkannya pada orang dengan cedera saraf tulang belakang dulu sebelum melakukan transplantasi kepala? Menurut saya, usulan Canavero mengenai transplantasi kepala hanyalah khayalan yang tidak mungkin dilakukan saat ini,” lanjutnya.
Terlepas dari pro kontra yang ada, jika operasi tersebut berhasil, prosedur perintis ini dapat memberikan harapan baru bagi ribuan orang yang lumpuh dan cacat.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR