Jadi, kepergian si kalong seakan-akan sebagai simbol datangnya petaka. Konon katanya, kalau orang luar terkena kotoran kalong, kelak dia akan mendapatkan jodoh orang Soppeng. Jangan lupa menyaksikan angkasa tatkala Magrib mengambang. Langit senja akan terlihat hitam karena kalong terbang bersamaan, melesat untuk mencari makan, dan akan kembali di waktu subuh.
5. Pemandian Alam Citta
Alam yang adem, pohon yang rimbun. Inilah bagian dari pemandian alam Citta yang terletak di Desa Citta, sekitar 35 kilometer sebelah timur Watansoppeng. Namun, sayangnya kolam yang bersumber dari mata air segar ini kurang terawat. Tembok kolam gompal, ataupun tembok bagian dalam kolam yang berlumut. Saya pun mengurungkan niat untuk mandi bak bidadari. Sekedar merendam kaki bersama keluarga. Ayo, para pemangku kepentingan dan pangreh praja, buatlah pemandian ini lebih elok. Saya pikir, tidak masalah jika harga tiket masuk dinaikkan. Toh, pada akhirnya demi keasrian pemandian dan kenyamanan pengunjung.
6. Pemandian Alam Banga
Dari arah Soppeng mari kita jokka jokka (jalan-jalan) ke arah Takalala, daerah rumah nenek saya, berlanjut hingga ke arah pasar dan sungai Cennae. Saya hendak mengunjungi pemandian alam Banga. Pemandangannya sungguh memanjakan mata. Awan putih bergulung-gulung di birunya langit yang memesona. Untuk menuju kolam, saya harus menuruni anak tangga—yang betapa cukup banyak. Lagi-lagi, seperti di pemandian Citta, kolam di sini juga tampat tidak terawat. Kolamnya juga terlihat gelap. Pokoknya, saya tak tertarik untuk mencebur. Belum lagi coret-coretan vandal yang tak kenal ampun. Tetapi, ada satu harta karun tersembunyi di sini: Banyaknya kupu-kupu yang beterbangan bagaikan di Taman Nasional Bantimurung!
7. Mengunjungi tempat lahirnya Arung Palakka
Kebetulan, daerah lahirnya Arung Palakka berada di Takalala, Kecamatan Marioriwawo—tempat tujuan saya pulang kampung. Ketika sampai, saya berfoto bersama patung Arung Palaka. Siapa itu Arung Palakka?
Arung Palakka, lahir pada 1634, di Soppeng. Dia merupakan Sultan Bone yang menjabat pada akhir abad ke-17. Sebelum dia menjabat sultyan, Palakka memimpin kerajaannya meraih kemerdekaan dari Kesultanan Gowa pada 1666. Untuk mencapai kejayaannya, dia pun bekerja sama dengan Belanda saat merebut Makassar. Palakka pula yang menjadikan suku Bugis sebagai kekuatan maritim besar. Dia wafat di Bontoala, pada 1696.
Saya pun berlagak menjadi anak desa dengan bersepeda sore di sekitar lapangan Takalala, sambil menonton bola. Juga, naik delman ke pasar yang buka hanya pada hari Selasa dan Sabtu. Itulah cerita saya tentang pulang kampung. Bagaimana cerita Anda tentang pulang? Bahagia? Sedih? Haru? Mari pulang untuk bertemu orang-orang tersayang.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR