Layanan drone kemanusiaan pertama di dunia resmi terbang di langit Rwanda, tanah dengan seribu bukit. Drone ini membantu pengiriman persediaan darah dan vaksin di Rwanda.
Proyek ini merupakan kolaborasi antara startup robotika Silicon Valley, Zipline dan pemerintah Rwanda. Layanan ini memiliki armada sejumlah 15 drone, yang disebut "Zips". Zips akan menyelamatkan banyak nyawa, dengan mengantarkan berbagai produk medis, seperti vaksin, persediaan darah darurat.
Presiden Rwanda, Paul Kagame meluncurkan layanan pesawat nirawak ini pada upacara peresmian 14 Oktober 2016 lalu. Pesawat tersebut diluncurkan dengan ketapel, kemudian ia akan naik ke ketinggian sekitar 150 meter.
Operator menggunakan data lokasi GPS, hingga drone sampai ke tujuan setidaknya 150 kilometer (93 mil) dan kemudian kembali ke markas pusat. Klinik atau dokter dapat menggunakan layanan ini hanya dengan mengirim pesan teks ke pusat Zipline. Laporan akan ditindak lanjuti segera, pesawat tak berawak akan mengirimkan persediaan yang dibutuhkan secepatnya.
Ketika drone telah mencapai tujuan, ia hanya akan membuka tempat muatan, dan menjatuhkan paket dengan parasut yang telah terpasang. Nanti, setelah sepenuhnya berjalan, proyek ini dapat melayani 7 juta orang dengan jangkauan wilayah sekitar 18.000 km2 (7.000 mil persegi).
Drone udara mampu memberikan bantuan darurat secara signifikan lebih cepat daripada melalui jalan darat, khususnya di daerah perbukitan Afrika tengah. Jalur darat daerah ini memang cukup berbahaya, belum lagi cuaca ekstrem yang sering melanda, jelas akan menghambat perjalanan.
"Orang-orang memiliki pengertian bahwa AS memimpin dalam hal teknologi dan Afrika menyusul di belakang, saya berpikir mungkin saja semua itu dapat berubah," ujar Keller Rinaudo, chief executive Zipline. "Ini adalah contoh yang bagus. Negara kecil seperti Rwanda bersedia mengambil risiko dan benar-benar berinvestasi dalam sesuatu yang baru dan progresif."
Konsep drone kemanusiaan bukanlah fenomena baru. Pada tahun 2015, drone telah dipakai untuk memberikan pasokan bantuan setelah gempa Nepal. Drone juga berhasil menemukan pengungsi topan di Filipina pada 2014.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR