Musim panas atau kering menjadi waktu dimana orang mengandalkan pendingin ruangan. Baik bekerja di kantor hingga beraktivitas di rumah, AC menemani mereka untuk menghilangkan teriknya pancaran sinar matahari.
Cuaca tidak bisa dikontrol, tetapi kita bisa menggunakan teknologi untuk memberikan kenyamanan yang seakan melawan rasa panas itu. Salju muncul saat musim dingin dan ternyata memiliki kemungkinan sebagai pendingin, menggantikan AC.
Di Bibai muncul tujuh gedung yang menggunakan salju sebagai pendingin ruangan. Fasilitas ini berfungsi untuk menyimpan makanan seperti beras dan buah dengan temperatur tertentu serta tempat dingin bagi mereka yang kepanasan.
Wilayah yang terletak di Hokkaido, Jepang ini memiliki tingkat salju tinggi hingga dapat menimbun 8 meter. Dengan memanfaatkan salju yang disimpan, gedung-gedung ini dapat menyesuaikan diri dari cuaca panas yang juga datang. Dengan musim panas yang bisa mencapai 30 derajat, ruangan ini menjaga suhu dari 0 hingga 4 derajat celsius.
Menariknya, penggunaan salju ini menghemat energi secara signifikan. Sebagai perspektif, 1.000 kg salju menjadi energi yang sama dengan 10 liter minyak bumi untuk menghasilkan pendingin ruangan. Tujuh gedung di Bibai hanya menggunakan rata-rata 4.500 ton salju untuk menjalankan fasilitasnya.
Dengan minyak kita harus mengeluarkan 45.000 liter, sebuah pemborosan dibandingkan salju yang merupakan sumber daya yang muncul tiap musim dingin.
Berbagai fasilitas ini terjadi akibat kerja keras Asosiasi Riset Energi Alam Bibai yang berdiri sejak tahun 1997. Hingga kini para staf dan peneliti bekerja untuk mewujudkan dan mengembangkan energi bersih, seperti salju di fasilitas-fasilitas mereka.
Apakah hanya ada di Jepang? Tentu tidak, mari kita lihat di bagian selanjutnya.
!break!Swedia dan Rencana Kanada
Sedangkan di Eropa Utara kita akan menemukan kota bernama Sundsvall di Swedia. Layaknya Bibai, mereka memiliki sistem pendingin dari salju tetapi diterapkannya pada rumah sakit. Sejak tahun 2000, fasilitas ini selalu dingin akibat salju yang digunakan. Fungsinya sendiri untuk mendinginkan pasien hingga alat-alat medis.
Salju disimpan oleh fasilitas Sundsvall dengan sebuah baskom berbentuk mangkuk yang terbuat dari aspal anti air untuk memberikan penyekatan. Penyimpanan sedalam 23 kaki ini dipenuhi oleh salju saat saat musim dingin. Kemudian saat musim semi dan panas, air membeku itu dilapisi kayu keping-kepingan kayu agar tidak meleleh.
Kanada sendiri ingin mengembangkan teknologi penggunaan salju yang telah dilakukan oleh dua negara tersebut. Dengan alasan untuk ramah lingkungan dan mengurangi konsumsi energi, para ilmuwan asal negara Amerika Utara ini melakukan riset dengan tajuk Clean Technologies and Environmental Policy.
Penggunaan salju ini menjadi salah satu rangkaian cara pintar dan ekonomis untuk menghemat energi, memotong penggunaan AC, hingga mengurangi konsumsi emisi bahan bakar. Para ilmuwan Kanada ingin menerapkan salju melalui riset untuk mengetahui seberapa efektifnya dampak alam apabila digunakan.
Kasun Hewage sebagai salah satu peneliti yang berupa professor teknik di Universitas British Columbia mengatakan bahwa salju bisa menjadi sumber daya alam. Dapat dilihat sebagai sumber potensi energi dan penghematan biaya.
“Teknologi ini terbukti, tetapi dalam segi ekonomi harus dilihat dari tiap daerah, berapa jumlah salju, apakah cukup untuk digunakan sebagai pendingin saat cuaca dan musim berganti,” ungkap Hewage kepada Popsci.com.
Teknologi yang ingin dikembangkan memiliki kemiripan dengan pemanas geothermal (panas bumi) dan sistem pendingin. Salju akan disimpan kemudian temperatur dingin akan mengalir menuju ventilasi.
Tetapi para peneliti tetap menekankan bahwa penggunaan energi ini di wilayah yang memiliki keterbatasan salju tidak akan efektif dalam segi ekonomi. Jadi sulit dibayangkan apabila Indonesia sebagai negara tanpa salju memanfaatkan teknologi ini. Setidaknya untuk dekat-dekat ini.
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR