Pohon tropis tertinggi di dunia berada di sebuah hutan lindung di daerah Sabah, Borneo, Malaysia. Greg Asner dari Carnegie Airborne Observatory (CAO) mengungkapkan pohon tertinggi di dunia itu pekan ini ketika menjadi pembicara kunci di International Heart of Borneo Conference.
Pada awal 2016, tim peneliti yang dipimpin oleh David Coomes dari Cambridge University membuat pengumuman tentang penemuan pohon tropis tertinggi yang berukuran 89,5 meter di Maliau Basin, sebuah hutan konservasi yang dijalankan oleh Sabah Forestry Departement. Namun, pemindaian laser yang dilakukan oleh Asner pada Mei 2016 memperlihatkan ada pohon raksasa lain di sisi bukit Danum Valley: tingginya 94,1 meter! Pohon ini mematahkan rekor spesimen Maliau sebagai pohon tropis tertinggi di dunia.
Pohon tertinggi di dunia ini berjenis California redwoods, yang hidup di zona sedang. Pohon tersebut berukuran hampir setinggi 116 meter.
Sensus skala besar yang dilakukan di Borneo meliputi banyak hutan lindung di Sabah, dan benar-benar menunjuk 50 pohon yang telah memecahkan rekor sebelumnya. Pohon-pohon itu tersebar di 33 negara Danum Valley , 10 di Tabin Wildlife Reserve dan 10 di daerah Konservasi keanekaragaman hayati milik United Nation Development Program. Sebagai referensi, Asner mencatat bahwa tinggi pohon Danum Valley setara dengan lima ekor paus sperm.
Ketika pohon tersebut diukur dari jarak jauh, para ilmuwan belum yakin tentang spesiesnya. Meskipun demikian, mungkin pohon tersebut termasuk dalam genus Shorea. Kelompok pohon tersebut mencakup hampir 200 spesies yang sebagian besar berasal dari Asia Tenggara. Pohon tersebut dapat hidup selama ribuan tahun tapi banyak dari mereka yang kini terancam punah. Kalimantan memiliki lebih dari 130 spesies , termasuk 91 spesies yang tidak ditemukan di tempat lain. Beberapa spesiesnya memiliki harga kayu yang berharga.
Pohon tersebut diukur melalui pemindaian laser, menggunakan teknologi yang disebut dengan Light Detection and Ranging (LiDAR), yang sebenarnya merupakan teknologi dasar dari RADAR. LiDAR secara cepat menjadi salah satu teknologi yang paling berguna dalam penelitian hutan, pengelolaan dan konservasi. Aplikasi terbaru dari teknologi ini dapat membantu peneliti dan pembuat kebijakan untuk menghitung jumlah kandungan karbon, melacak deforestasi dan bahkan mengungkap situs arkeologi.
Asner meringkas kemampuan teknologi tersebut, “Kemampuan untuk mengukur hutan dalam skala besar dengan detail adalah kunci untuk mengelola dan melestarikannya.”
Meskipun menemukan penemuan menarik, Asner menekankan bahwa analisis data miliknya masih jauh dari selesai. Dia menunjukkan angka sementara dari jumlah penyimpanan karbon yang disediakan oleh berbagai jenis hutan dan penggunaan lahan sepanjang Sabah.
Penelitian ini didanai oleh Avatar Alliance Foundation milik James Cameron ,sebuah Program Pembangunan PBB, Rainforest Alliance, dan WWF-Malaysia.
‘Selain pohon tertinggi, pekerjaan ini benar-benar menyoroti nilai untuk melindungi hutan primer,’ kata Glen Reynolds. Reynolds juga terlibat dalam proyek sebagai manajer program untuk Royal Society’s South East Asia Rainforest Research Program (SEARPP) dan ilmuwan senior di Danum Valley Field Centre, di mana pohon-pohon raksasa itu berada.
Dia menambahkan, “Pohon kuno ini benar-benar hanya ditemukan di hutan primer, dan banyak diantaranya yang tidak benar-benar dilindungi. Pemetaan secara rinci seperti ini akan berguna untuk menetapkan prioritas konservasi.”
International Heart of Borneo Converence diadakan pada setiap tahun di kota Kinabalu, Malaysia dengan menyatukan para pemimpin lingkungan untuk mempresentasikan dan mendiskusikan penemuan dan kebutuhan di wilayah tersebut. Tahun ini diskusi tersebut terfokus pada pembiayaan konservasi, kebijakan ilmu, dan keterlibatan masyarakat.
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR