“Deteksi osilasi kuasi-periodik di GRB2001415 cukup menantang dari sudut pandang analisis sinyal. Kesulitannya terletak pada singkatnya sinyal, yang amplitudonya cepat meluruh dan menjadi tertanam dalam kebisingan latar belakang. Dan, karena itu adalah noise yang berkorelasi, sulit untuk membedakan sinyalnya.” tutur Reglero.
“Sistem kecerdasan buatan, bersama dengan teknik analisis data yang canggih, memungkinkan para peneliti untuk mendeteksi fenomena spektakuler ini,” tambahnya.
“Meskipun letusan ini telah terdeteksi di dua dari 30 magnetar yang diketahui di galaksi dan galaksi terdekat lainnya, GRB2001415 adalah letusan magnetar paling jauh yang ditangkap hingga saat ini, terletak di kelompok galaksi Sculptor sekitar 13 juta tahun cahaya jauhnya. Dilihat dari perspektifnya, magnetar seolah-olah ingin menunjukkan keberadaannya kepada kita dari kesendirian kosmiknya, bernyanyi dalam kHz dengan kekuatan Pavarotti dari satu miliar matahari.” ujar Reglero.
Letusan itu menawarkan komponen penting untuk memahami bagaimana tekanan magnetik dihasilkan di dalam dan di sekitar bintang neutron. Pemantauan magnetar terus-menerus di galaksi terdekat akan membantu memahami fenomena ini. Ini juga akan menawarkan pemahaman terperinci tentang ledakan radio cepat, yang saat ini merupakan salah satu fenomena paling misterius dalam astronomi.
Baca Juga: Ledakan Bintang Super Terang Kemungkinan Melahirkan Bayi Lubang Hitam
Source | : | berbagai sumber |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR