Saat satelit mulai mengambil foto bumi kita, itu mengubah cara kita memandang atmosfer, menyediakan gambar-gambar dalam sekala besar dari atas sana. Sekarang kemajuan teknologi personal seperti telepon cerdas, memberikan kita sudut pandang baru dalam melihat awan dari bawah sini.
Peningkatan penggunaan teknologi ini memicu World Meteorological Organization untuk menambahkan 11 klasifikasi awan baru ke Peta Awan Internasional, sumber data meteorologi yang diakui secara global.
Gavin Pretor-Pinney, pendiri dari Cloud Appreciation Society, yakin bahwa akses demokratis dalam memotret dan membagikan gambar akan membantu menciptakan rasa keterkaitan dan apresiasi terhadap cara kita memperlakukan atmosfer.
“Orang-orang mungkin akan bertanya ‘Sepenting apa untuk memberikan nama latin pada awan-awan ini?’” ujar Pretor-Pinney.
"Untuk memelajari nama-nama dari karakteristik yang berbeda merupakan cara kita untuk lebih menyatu dengan langit. Mengamati langit dapat melawan tekan dari dunia digital, kegiatan ini mengalihkan Anda dari tekanan di atas bumi."
11 tambahan ini adalah pembaruan pertama yang didapatkan atlas tersebut selama 30 tahun terakhir, dan lebih banyak perubahan lagi yang dapat diberikan oleh para ilmuwan publik yang dapat membagikan dan mendiskusikan awan hanya dengan mengunggah foto ke situs Atlas tersebut.
Tahun 2017 merupakan debut atlas ini dipublikasi di dunia maya, nantinya versi cetak akan menyusul di tahun yang sama.
Asperitas, bahasa Latin untuk kekasaran, adalah jenis awan yang paling digemari oleh para ilmuwan publik dan telah menerima penghargaan khusus dari Komunitas Apresiasi Awan di Inggris Raya. Foto ini, pertama kali terlihat pada 2006, mencuri perhatian mereka karena karakternya yang tidak dapat disamakan dengan jenis awan yang sudah ada.
Ditandai dengan cekungan-cekungan kecil yang menciptakan riak tak beraturan di langit, asperitas dinobatkan sebagai juara oleh para pegiat awan yang tidak dapat mengenali jenis awan ini secara akurat.
“Awan ini sangat menonjol, rupanya seperti gelombang turbulensi, seperti saat anda melihat permukaan laut dari bawahnya,” jelas Pretor.
Awan lain yang sebelumnya dinamakan dengan nama-nama sehari-hari, seperti awan Kelvin-Helmoltz, dan lubang fallstreak, sekarang akan dikenal dengan nama latin seperti fluctus dan cavum.
Atlas Awan Internasional pertama kali diciptakan pada 1896 dan telah menjadi sumber data dari jenis-jenis awan serta gambar-gambarnya yang telah membantu melatih pakar meteorologi selama beberapa dekade.
Sebuah artikel yang akan dipublikasi pada Mei tahun ini oleh Royal Meteorological Society akan memperlihatkan formasi awan asperitas dari foto-foto yang diambil oleh ilmuwan publik. Mereka berencana untuk mengungkap pola cuaca yang dapat menciptakan bentuk awan ini.
Pretor-Pinney berharap, pembaruan minat pada aktivitas mengamati awan akan membantu masyarakat untuk menemukan momen merenung dan sunyi di tengah era digital yang sibuk ini. “Minat dalam penamaan awan ini akan membantu kita berhubungan dengan dunia kita, dengan lebih memahami, dan lebih menyayangi,” ujar Pretor.
Lihat gambar-gambar awan berdasarkan klasifikasinya di sini.
Penulis | : | |
Editor | : | deborah nelly siregar |
KOMENTAR