Keberadaan “berita palsu” telah menjadi kekhawatiran di mana-mana.
Namun, banyak yang merasa bahwa masalah ini lebih personal: apa yang harus kita lakukan jika saudara, atau teman lama terus-terusan memposting sesuatu yang bertentangan dengan budi pekerti kita?
Salah satu pilihannya adalah, menghapus pertemanan (unfriend). Namun jika kita hidup dalam lingkungan yang terisolasi atau ruang gema (echo chamber) hal ini juga bisa mengkhawatirkan. Sebagai peneliti yang bekerja di bidang etika teknologi sosial, saya merujuk ke sumber yang tampaknya mustahil: Aristoteles.
Baca juga: Empat Kebiasaan Buruk yang Bisa Membuat Anda Cepat Tua
Kehidupan Yunani klasik memang tidak seperti dunia sekarang yang dipenuhi ponsel pintar dan media sosial. Namun Aristoteles sudah lama akrab dalam perjuangan membangun dan memelihara hubungan sosial di tengah iklim politik yang penuh perdebatan.
Masalah pertama adalah, mendefinisikan apa itu pertemanan sejati. Aristoteles berargumen bahwa:
“persahabatan sempurna adalah persahabatan antara orang-orang baik, dan bersama dalam kebajikan”.
Sepintas, hal itu berarti bahwa persahabatan adalah soal kesamaan, yang terjalin ketika orang-orang yang bersepaham berkumpul. Ini bisa menjadi masalah, karena menurut Anda persahabatan yang baik itu justru menghargai perbedaan. Ini juga bisa jadi alasan orang dengan mudah menghapus pertemanan dengan orang lain yang berbeda pandangan politik.
Namun Aristoteles tidak mengatakan bahwa teman harus “mirip”. Yang dikatakannya adalah, sahabat bisa berbeda, dan sekaligus berbagi kehidupan yang baik, asalkan tiap orang berbudi luhur dengan caranya sendiri. Dengan kata lain, satu-satunya kemiripan yang diperlukan yakni keduanya berbudi.
Yang dimaksudnya dengan “berbudi” adalah sifat orang baik, karakter seperti keberanian dan kebaikan hati yang membantu orang berbuat baik kepada sesama, diri sendiri dan menjalani kehidupan yang baik. Sifat seperti itu membantu manusia berkembang sebagai hewan sosial dan rasional.
Sekali lagi, jika Anda berpikir bahwa karakteristik ini tampak sama untuk tiap orang, Anda mungkin khawatir bahwa ini artinya teman harus sangat mirip. Namun bukan itu yang dimaksud Aristoteles tentang sifat kebajikan.
Menurutnya, sifat yang baik terdiri dari sifat manusia biasa dalam jumlah tepat—tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
Baca juga: Kunci Kebahagiaan Utama Menurut Sains
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR