Betapa harga tiket pesawat adalah satu sumber dari banyak mitos dan legenda urban. Ini meliputi tips tentang hari terbaik dalam satu pekan untuk membeli tiket, potongan harga pada menit terakhir yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan, hingga teori konspirasi yang menyatakan bahwa maskapai menggunakan cookie untuk menaikkan harga bagi penumpang mereka. Tidak satu pun dari ketiga pernyataan itu sepenuhnya benar.
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa harga bisa menjadi lebih tinggi atau lebih rendah pada hari apa pun dalam satu pekan—namun demikian, tidak ada konsensus yang jelas hari apakah itu. Harga yang ditawarkan sesungguhnya bisa turun kapan pun sebelum penerbangan, meski lebih mungkin naik daripada turun dalam beberapa minggu sebelum keberangkatan.
Baca juga: SpaceX Berhasil Luncurkan Roket Terbesar
Lebih lanjut lagi, maskapai lebih memilih untuk menunggu penumpang bisnis pada menit terakhir yang kemungkinan akan membayar dengan tarif penuh ketimbang menjual kursi sebelum waktunya kepada penumpang yang perhitungan soal harga. Dan tidak, maskapai tidak menggunakan cookie untuk memanipulasi harga—menyesuaikan daftar harga mereka untuk pelanggan tertentu tampaknya di luar kemampuan teknis mereka.
Apa yang benar tentang penentuan harga dalam industri penerbangan adalah perusahaan menggunakan sistem pembiayaan yang kompleks dan canggih. Biaya penerbangan yang paling murah per penumpang yakni ketika pesawat penuh, sehingga maskapai memiliki insentif untuk menjual kursi sebanyak mungkin. Ini adalah pertandingan melawan waktu bagi maskapai. Dan tentu saja tidak ada satu perusahaan pun yang mau memotong harga produk mereka lebih daripada yang harus dilakukannya.
Karena itu, maskapai menghadapi semacam dua tujuan yang saling bertolak belakang: untuk memaksimalkan pendapatan dengan menerbangan pesawat yang penuh dan menjual kursi berharga penuh sebanyak mungkin. Ini adalah proses yang dikenal dalam industri ini sebagai manajemen pendapatan atau manajemen hasil.
Beginilah cara kerja manajemen hasil. Untuk tiap penerbangan atau rute (bila kita berbicara tentang perjalanan multi-segmen), maskapai memiliki satu set tingkatan harga—dari yang paling mahal dan bisa dikembalikan, hingga yang paling murah dengan potongan harga besar tapi tidak bisa dikembalikan. Jargon industri untuk harga-harga ini adalah “ember” (bucket). Kemudian, kursi bisa dianggap sebagai bola yang dialokasikan pada ember-ember tersebut.
Alokasi awal kursi di antara ember harga ditentukan oleh data historis yang menunjukkan seberapa banyak penerbangan tertentu terjual. Sebagai contoh, lebih sedikit kursi dengan potongan harga tinggi yang akan ditawarkan pada penerbangan di minggu Thanksgiving ketimbang penerbangan yang sama pada minggu ketiga Februari.
Seiring kursi penerbangan terjual, manajer pendapatan memonitor dan mengatur alokasi kursi. Seandainya penjualan berjalan lebih lamban daripada yang diharapkan, beberapa kursi bisa dipindahkan ke ember harga rendah – ini pun muncul sebagai penurunan harga. Seperti yang telah disebutkan, penurunan harga semacam itu bisa terjadi kapan saja sebelum penerbangan. Akan tetapi, secara umum tren kuota harga meningkat sejak dua hingga tiga minggu sebelum tanggal keberangkatan.
Tentu saja penumpang kebanyakan ingin tahu kapan sebaiknya membeli tiket untuk perjalanan berikutnya. Satu pertanyaan penting lainnya yakni di mana membeli tiketnya. Maskapai mendistribusikan daftar harga di situs mereka sendiri dan pada beberapa sistem distribusi komputer.
Ini artinya kadang harga bisa berbeda, tergantung di mana seseorang melihatnya. Kami tidak sepenuhnya yakin apa yang memicu fenomena ini – kemungkinan, penjelasannya meliputi kontrak berbeda di antara tiap maskapai dan sistem distribusi atau agen perjalanan, yang menyiratkan bahwa agen perjalanan berbeda mungkin tidak memiliki akses ke keseluruhan daftar harga yang dimiliki maskapai.
Manajer pendapatan maskapai mulai melihat-lihat pemesanan penerbangan sekitar dua bulan sebelum tanggal keberangkatan. Ini menyiratkan bahwa umumnya, tidaklah menguntungkan memesan tiket lebih dari dua bulan sebelum berangkat: studi menunjukkan bahwa awalnya maskapai mengosongkan ember dengan tarif termurah, dan manajer bisa memindahkan beberapa kursi ke dalam ember tersebut bila beberapa bulan sebelum tanggal keberangkatan, pesawat ternyata lebih kosong daripada yang diharapkan.
Antara dua bulan dan sekitar dua hingga tiga minggu sebelum tanggal penerbangan, harga penawaran umumnya tetap datar, dengan tren sedikit kenaikan dan penurunan. Akan tetapi, dan mungkin juga paradoks, ada kemungkinan harga turun selama periode ini. Kami memonitor harga selama beberapa hari – kadang sampai seminggu – berharap akan potensi penawaran harga yang lebih rendah. Itu tidak selalu memberi hasil, tapi kadang kami berhasil menghemat sejumlah uang yang cukup berarti.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR