Booth menjelaskan bahwa kulit pucat lebih baik dalam menyerap sinar UV dan membantu manusia menghindari kekurangan vitamin D di iklim dengan sinar matahari yang kurang. Namun, Manusia Cheddar memiliki penanda genetik pigmentasi kulit yang biasanya dikaitkan dengan sub-Sahara Afrika.
Penemuan ini konsisten dengan sejumlah jasad manusia Mesolitik lainnya yang ditemukan di seluruh Eropa.
Baca Juga: Peneliti Ungkap Selama ini Rekonstruksi Manusia Purba Keliru dan Bias
"Manusia Cheddar memang hanya satu orang, tapi ia menunjukkan populasi Eropa saat itu. Mereka memiliki kulit gelap dan sebagian besar memiliki mata berwarna pucat, berwarna biru atau hijau, dan rambut cokelat tua,” tambah Booth.
Dengan ini, terungkap bahwa fitur mata berwarna pucat memasuki Eropa jauh lebih lama sebelum kulit pucat atau rambut pirang, yang baru muncul setelah adanya budaya bertani.
“Manusia Cheddar mengingatkan kita bahwa kita tidak bisa membuat asumsi tentang bagaimana rupa manusia di masa lalu berdasarkan rupa mereka saat ini, dan kumpulan ciri yang kita lihat saat ini bukanlah sesuatu yang tetap,” pungkas Booth.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR