Tiap planula kemudian berkembang menjadi polip, bentuk kehidupan stasioner kecil (2-3 mm) yang memakan potongan terapung plankton. Polip-polip ini bereproduksi secara aseksual, membentuk sebuah koloni klon.
Bila saatnya tepat, klon menjalani proses yang disebut strobilasi, yang mengubah tiap klon menjadi sesuatu yang tampak seperti tumpukan kue dadar. Satu demi satu, mereka kemudian dilepaskan ke plankton di sekitarnya.
Meski hanya berukuran beberapa millimeter dan kurang memiliki ciri khas spesies dewasa, “kue dadar” ini sesungguhnya adalah ubur-ubur kecil. Akhirnya mereka akan matang menjadi dewasa yang bereproduksi secara seksual, dan memulai siklusnya lagi (asumsikan mereka tidak membalikkan perkembangan bila kondisi jelek).
Tergantung dari spesiesnya, satu polip bisa menghasilkan satu, segenggam, ratusan atau bahkan ribuan ubur-ubur dalam sekali waktu, kadang dalam periode bertahun-tahun. Kombinasi kemampuan reproduksi dewasa yang ditambah dengan reproduksi aseksual polip, dianggap sebagai salah satu alasan mengapa kawanan besar yang dikenal sebagai formasi kumpulan (bloom) ubur-ubur tampaknya bisa muncul entah dari mana.
Ubur-ubur tanpa diragukan lagi bisa menyebabkan masalah ekologi dan ekonomi bagi manusia. Ledakan massal ubur-ubur bisa membanjiri peternakan ikan, menghambat pipa pendingin pembangkit listrik, merusak jaring ikan dan menghancurkan bisnis wisata.
Sengatan mereka juga menyebabkan reaksi alergi berat yang dikenal sebagai anafilaksis dan bahkan membunuh manusia. Namun ubur-ubur juga merupakan sumber kolagen medis, yang bisa digunakan dalam pembalut luka atau bedah rekonstruksi, dan mereka dianggap makanan lezat di Jepang dan Cina.
Namun kontribusi terbesar ubur-ubur untuk umat manusia pastilah protein fluoresen hijau (PFH), “biomarker” umum yang disintesis dari ubur-ubur kristal. PFH memungkinkan ilmuwan memantau bagaimana gen-gen tertentu bekerja secara langsung, dan telah membuktikan riset medis yang tak ternilai.
PFH telah digunakan pada lebih dari 30 ribu studi, termasuk studi tentang HIV dan penyakit Alzheimer. Tak heran, para ilmuwan di balik sintesis PFH diganjar Nobel Kimia pada 2008.
Ubur-ubur mungkin awalnya dianggap penjahat, tapi bagi banyak ilmuwan di seluruh dunia, mereka telah menjadi pahlawan yang tidak disengaja.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR