Temuan ini didapatkan Nigam dan Natalie Thomas, kandidat doktoral di Universitas Maryland, dengan menggunakan data dari Global Precipitation Climatology Center. Data tersebut mereka gunakan untuk meneliti petunjuk dan pola curah hujan dari tahun 1920 hingga 2013.
Pola curah hujan itu latas dikompilasikan dengan data satelit selama kurang lebih "tiga dekade terakhir".
Keduanya memastikan bahwa saat fase positif sekitar awal tahun 1930-an hingga awal 1960-an. Pada tahun-tahun tersebut, AMO mengirimkan lebih banyak hujan ke wilayah sekitar Sahara. Sayangnya, fase tersebut kemudian beralih menjadi siklus negatif yang terjadi selama 40 tahun terakhir ini.
Selama fase kedua, Sahara meluas ke arah selatan dan merambah daerah yang lebih tropis, atau dikenal sebagai Sahel. Fenomena ini dibuktikan oleh jumlah air yang mengalir ke Danau Chad.
"Tingkat air telah turun drastis," kata Nigam.
“(Danau) itu sangat terkuras. Kami tidak dapat mengkaitkan semuanya itu dengan curah hujan, bisa jadi disebabkan oleh faktor manusia, tapi hal ini adalah bukti nyata gurun Sahara mulai merambah ke selatan," katanya.
Sementara itu, bencana kekeringan pada tahun 1980 dianggap "yang paling kuat dari abad ke-20" dan dianggap menjadi bencana terparah akibat efek gas rumah kaca.
Menurut peneliti, benua Afrika menjadi paling rentan terhadap efek perubahan iklim karena fitur geografisnya yang unik. Misalnya, sebuah daratan hampir semua dibagi antara belahan Selatan dan Utara dan menciptakan berbagai zona iklim.
Thomas mengatakan, penelitiannya kali ini bertujuan untuk mengetahui pola kecenderungan perambahan gurun dalam jangka panjang. Terutama ini terjadi di Belahan Bumi Afrika Utara, ketika melihat tren yang sangat kuat terlihat di Sahara.
(Baca juga: Hanya Ada Perempuan dan Anak-anak di Desa Adat Korban Perang Ini)
Sementara itu, para peneliti berharap pemerintah setempat untuk tidak mengabaikan perambahan gurun tersebut.
"Penemuan itu mengesankan karena (perambahan) itu terjadi di musim panas dimana turunnya hujan sangat penting untuk pertanian di Afrika," kata Nigam.
Peneliti juga mengingatkan pemerintah Sudan dan Chad akan risiko di masa depan akibat meluasnya gurun Sahara tersebut.
"Perencanaan sumber daya air, penggunaan air dan perencanaan jangka panjang adalah hal yang penting," tutupnya Nigam.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gurun Sahara Terus "Tumbuh", Apa Artinya Bagi Manusia?"
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR