Dalam kerjanya, pihak Cambridge Analytica juga bertugas memantau efektivitas pesan serta iklan pada berbagai jenis pemilih. Kemudian si klien pun diberikan masukan dari kampanye yang tengah berjalan baik itu di Facebook maupun platform lain.
Hasil umpan balik atau feedback ini kemudian digunakan lagi untuk mengoptimasi alogaritma penyebaran data agar kampanye yang dilakukan lebih optimal. Feedback ini digunakan untuk mengirim ribuan iklan lain pada calon pemilih bergantung profilnya.
Selain Facebook, Kaiser juga mengungkapkan bahwa Trump juga menggunakan platform lain untuk berkampanye, seperti Snapchat dan Twitter.
Meski demikian, ia tidak menyebutkan dengan lebih detail bagaimana tim pemenangan Trump memanfaatkan semua platform ini.
Baca juga: 11 Hal yang Tidak Boleh Anda Unggah di Media Sosial
Beberapa hari lalu, Cambridge Analytica dikabarkan memegang lebih dari 50 juta data akun pengguna Facebook. Cambridge Analytica diduga memperoleh data pengguna Facebook dari peneliti pihak ketiga bernama Aleksandr Kogan.
Ia bekerja di Global Scicence Research dan kerap menghadirkan survei terkait kepribadian yang tersebar masif di Facebook. Data ini diduga digunakan oleh tim kampanye Trump sebagai langkah pemenangan saat Pilpres 2016 lalu.
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR