Untuk mengetahui apa yang terjadi, tim menganalisis gambar aliran bawah yang diambil oleh Atmospheric Imaging Assembly (AIA) di atas Solar Dynamics Observatory NASA. Dirancang dan dibangun sebagian di CfA dan dipimpin oleh Lockheed Martin Solar Astrophysics Laboratory, AIA mengambil gambar Matahari setiap dua belas detik dalam tujuh panjang gelombang cahaya yang berbeda untuk mengukur variasi di atmosfer Matahari.
Mereka kemudian membuat simulasi 3D jilatan api matahari dan membandingkannya dengan pengamatan.
Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar SAD tidak dihasilkan oleh rekoneksi magnetik. Sebaliknya, mereka terbentuk sendiri di lingkungan yang bergolak dan merupakan hasil dari dua cairan dengan kepadatan berbeda yang berinteraksi.
Reeves mengatakan para ilmuwan pada dasarnya melihat hal yang sama yang terjadi ketika air dan minyak dicampur bersama: dua kepadatan cairan yang berbeda tidak stabil dan akhirnya terpisah.
"Kekosongan gelap seperti jari itu sebenarnya tidak ada plasma. Kepadatannya jauh lebih rendah di sana daripada plasma di sekitarnya," tutur Reeves.
Tim berencana untuk terus mempelajari SAD dan fenomena matahari lainnya menggunakan simulasi 3D untuk lebih memahami rekoneksi magnetik. Dengan memahami proses yang mendorong semburan matahari dan letusan dari Matahari, mereka pada akhirnya dapat membantu mengembangkan alat untuk memperkirakan cuaca luar angkasa dan mengurangi dampaknya.
Baca Juga: Ketika Matahari Padam, Manusia Sebaiknya Pindah ke Bulan Jupiter
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR